BAHAN PAKAN DAN FORMULASI RANSUM

Disusun
oleh :
Kelompok
IXA
Agita Melani 23010113120011
Anwar Salahudin 23010112120029
Hardian Rahmat H
23010113120032
Andrian Bagus N. 23010113120041
Nunik Itasafitri
23010113120046
JURUSAN
PETERNAKAN
FAKULTAS
PETERNAKAN DAN PERTANIAN
UNIVERSITAS
DIPONEGORO
SEMARANG
2014
BAB
I
PENDAHULUAN
Pakan merupakan bagian
pengeluaran terbesar dalam peternakan, yaitu sebesar 70% biaya produksi berasar
dari pakan. Pakan penting bagi ternak karena berperan penting dalam proses
pertumbuahan dan reproduksi ternak.Bahan pakan merupakan sesuatu yang diberikan
pada ternak (organik atau anorganik) yang dapat dicerna tanpa menggangu
kesehatan ternak. Ada beberapa metode dalam uji kualitas bahan pakan,
diantarannya yaitu uji organoleptis, uji biologis, uji kimia dan uji
mikroskopis. Uji organoleptis yaitu pengamatan bahan pakan yang dapat dilakukan
dengan panca indra. Pembagian bahan pakan menurut klasifikasi secara
internasional dikelompokan menjadi 8, yaitu hijauan kasar atau jerami (contohnya
: jerami padi dan bonggol jagung), hijauan segar (contohnya : rumput raja dan
sentro), silase (contohnya : hijauan yang diawetkan), sumber energi (bekatul dan
jagung giling), sumber protein (contohnya : bungkil kedelai dan tepung ikan),
sumber mineral (contohnya : top mix dan tepung tulang), sumber vitamin ( contoh
: vitamin B komplek dan vitachik) dan zat aditive (contohnya : kunyit dan jehe).
Tujuan dari praktikum adalah
mahasiswa mampu mengetahui cara menguji kualitas bahan pakan secara
organoleptis dan menggolongkanya dalam klasifikasi bahan pakan secra
internasional. Manfaat dari praktikum adalah mahasiswa dapat mengetahui cara
menguji kualitas bahan pakan secara organoleptis.
BAB
II
TINJAUAN
PUSTAKA
2.1. Bahan Pakan
Bahan pakan merupakan
segala sesuatu yang diberikan kepada ternak baik orgnaik atau non organik untuk
memenuhi kebutuhan ternak (Sudarmono, 2003). Bahan Pakan yang baik adalah bahan
pakan yang mengandung seluruh nutrisi dalam kadar yang tinggi (Rasyaf, 1992).
2.2. Klasifikasi Bahan Pakan Secara
Internasional
Bahan pakan adalah suatu bahan yang dimakan oleh ternak yang
mengandung energi dan zat-zat gizi di dalam bahan pakan (Hartadi, 1993). Bahan makanan adalah bahan
yang dapat dimakan, dan digunakan oleh ternak untuk pertumbuhan, produksi dan
hidup pokok ternak (Tillman et al.,
1991). Kebutuhan ternak akan pakan dicerminkan oleh kebutuhannya terhadap nutrisi.
Jumlah nutrisi setiap harinya sangat tergantung pada jenis ternak, umur, fase
pertumbuhan (dewasa, bunting dan menyusui), kondisi tubuh dan lingkungan tempat
hidupya serta bobot badannya (Tomaszweska, 1993). Klasifikasi bahan pakan secara
internasional telah membagi bahan pakan menjadi 8 kelas, yaitu hijauan kering, pasture atau hijauan segar, silase,
sumber energi, sumber protein, sumber mineral, sumber vitamin, dan zat additive (Tillman et al., 1991).
2.2.1. Hijauan Kering
Hijauan kering adalah rumput dan
daun-daunan leguminosa yang sengaja dikeringkan agar dapat disimpan dalam waktu
yang lama dan digunakan sebagai cadangan bahan pakan ternak pada musim
kekurangan pakan. Pemberian jerami pada beberapa ternak akan menunjukkan
defisiensi vitamin A karena terjadinya penurunan suplementasi vitamin A saat
proses fermentasi di dalam rumen ternak (Lubis, 1992). Kelas
ini mengikutsertakan semua hijauan dan jerami yang dipotong dan dirawat, dan
produk lain dengan lebih dari 10% serat kasar dan mengandung lebih dari 35%
dinding sel (Hartadi et al.,1990). Bahan yang termasuk dalam kelas hijauan
kering adalah semua hay jerami
kering, dry fodder, drystover dan
semua bahan pakan kering yang berisi 18% atau lebih serat kasar (Rasyaf, 1994).
2.2.1.1.
Jerami Jagung, jerami
jagung adalah salah satu jenis hijauan yang dapat dibuat silase dan dapat
digunakan sebagai pakan. Sebagai limbah pertanian, jerami jagung mengandung NDF (neutral
detergent fiber) dan ADF(aciddetergent fiber) yang tinggi,
sehingga apabila dibuat silase masih memerlukan tambahan bahan lain (Anas dan
Andy, 2010). Jerami jagung memiliki kandungan BETN 37,9 %, serat kasar
35,7 %, dan protein kasar 3,7- 4,3 % (Agus, 2007).
2.2.1.2.
Kulit Kacang Tanah, kulit kacang tanah dapat digunakansebagai campuran pakan
ternak(susanti, 2009). Kulit kacang tanah memiliki kandung nutrisi
dengan BETN 11,5 % untuk bahan yang diberikan dan 34,1 % atas dasar bahan
kering, serat kasar 39,9 – 40,2%, protein kasar 14,0 – 15 % (Agus, 2007).
2.2.2. Hijauan Segar atau Pastura
Pastura merupakan tanaman padangan,
semua hijauan yang dipotong atau tidak, dan diberikan dalam keadaan segar(Hartadi et al., 1990).
Pastura atau tanaman padangan merupakan tanaman yang sengaja ditanam guna
diberikan pada ternak dalam keadaan segar (Supriyadi dan Musofie, 2002).
2.2.2.1. Rumput Raja, rumput raja
(Pennisetum purpureophoides)
merupakan rumput yang tumbuh tegak berumpun,batang tebal, daun yang agak lebar,
ada bulu pada helaian daun dekat ligula (Rukmana,2005). . Rumput raja memiliki
kandungan nutrien serat kasar sebesar 21,73%, protein kasar 16,30% dan kadar abu 8% (Astuti, 2011).
2.2.2.2. Rumput Brachiaria
brizant, rumput Brachiaria brizanta mengandung
kadar abu 3,0%, lemak kasar 0,6%, serat kasar 5,9%, BETN 88,5% dan protein
kasar 2,0% dalam 100% bahan kering (Hartadi et al. 1990).
Rumput Brachiaria brizantadapat memproduksi hijauan segar 154 ton/ha/th
(Rukmana, 2005).
2.2.3. Silase
Silase adalah
hijauan pakan ternak yang disimpan dalam keadaan segar ( kadar air 60-70%) di
dalam suatu tempat yang disebut silo,silase digunakan pada saat musim kemarau
atau pada saat kekurangan pakan (Aminudin,1986). Pembuatan rumput silase ada
beberapa cara salah satunya didalam lubang atau liang tanah baik juga hasilnya
sehingga dapat dianjurkan pembuatannya ditempat tempat yang sering timbul
kekurangan makanan ternak besar (Lubis,1963). Silase merupakan hijauan segar
yang diawetkan seperti jenis rumput dan
leguminosa (Santoso,1986).
2.2.4. Sumber Energi
Sumber energi
adalah bahan pakan yang mengandung energi lebih dari 2250 Kkal/kg yang termasuk
kelompok ini adalah bahan-bahan dengan protein kasar kurang dari 20%, atau
dinding selnya kurang dari 35%.Sebagai contohnya, biji-bijian, buah-buahan,
kacang-kacangan, akar-akaran, umbi-umbian (Santoso,1986). Energi didapat dari
beberapa sumber seperti karbohidrat, protein dan lemak, pada ruminansia
karbohidrat dibagi menjadi 2 golongan besar, yaitu Bahan Ekstrak Tanpa Nitrogen
(BETN) dan Serat Kasar (SK) yang biasanya terdapat pada hijauan pakan (Rianto
dan Purbowati, 2011).
2.2.4.1. Jagung, jagung
merupakan golongan bahan pakan sumber energi karena memilik Bahan Ekstrak Tanpa
Nitrogen (BETN), merupakan karbohidrat yang larut dalam air
(monosakarida,disakarida,pati, dan mungkin sebagian hemiselulosa (Rianto dan
Purbowati,2011). Jagung mengandung protein 8,9% dan mempunyai rasa yang manis
karena memiliki fruktosa yang tinggi sebagai energi untuk metabolisme ternak
(Santoso, 1986).
2.2.4.2. Tepung gaplek,
tepung gaplek merupakan bahan pakan yang berasal
dari singkong yang direndam kedalam air kemudian di keringkan lalu kupas
kulitnya dan tumbuk hingga halus. Tepung gaplek merupakan salah satu sumber
karbohidrat, maka dari itu tepung gaplek merupakan salah satu sumber energi
yang baik untuk ternak (Sutama dan Budiarsana,2009). Bahan Pakan dikatakan
sumber energi jika memiliki serat kasar lebih dari 80% (Agus,1990)
2.2.4.3. Ampas Kelapa,
ampas kelapa merupakan bahan pakan dari sisa kelapa yang sudah di ambil
sarinya. Ampas kelapa termasuk golongan sumber energi karena memiliki serat
kasar yang tinggi dan kandungan protein sekitar 14% (Rianto Purbowati, 2011). Bahan
pakan yang manis memiliki kadar fruktosa yang tinggi dan baik untuk di jadikan
sumber energi ternak seperti halnya pada ampas kelapa yang memilik rasa manis
(Santoso,1986).
2.2.4.4. Sorghum Putih,
sorghum putih merupakan bahan pakan sumber energi karena
memiliki serat kasar lebih dari 80 % (Agus,1990). Pakan sumber energi adalah
pakan yang mengandung karbohidrat tinggi dan biasanya berupa pakan yang
memiliki kadar serat yang tinggi (Sutama dan Budiarsana,2009).
2.2.5. Sumber Protein
Protein merupakan senyawa kimia yang
tersusun dari asam–asam amino. Kebutuhan protein tiap ternak berbeda–beda
menurut jenis kelamin, umur dan bobot badan namun perbandingan asam amino
esensial ternak adalah sama (Samadi 2012). Syarat bahan pakan yang menjadi
sumber protein harus memiliki kandungan protein lebih dari 20%. Ternak
ruminansia dapat hidup dengan ransum berkualitas protein rendah dan mampu
memanfaatkan senyawa NPN (non protein
nitrogen) untuk pembentukan protein mikroba sebagai protein dalam pakannya
(Uhi, 2006).
2.2.5.1. Bungkil
Kedelai, merupakan hasil pengolahan kedelai
dengan cara diambil minyaknya untuk dijadikan sebagai bahan pakan. Bahan pakan
sumber protein dapat berasal dari tumbuh-tumbuhan (contohnya : bungkil dan
kacang-kacangan) dan hewan (contoh : tepung ikan, tepung darah, tepung daging
dll) (Sunarso dan Christiyanto, 2011). Bungkil kedelai biasa digunakan sebagai
campuran ransum untuk ternak unggas. Bungkil kedelai merupakan salah satu bahan
pakan yang sangat baik bagi ternak, kadar protein pada bungkil kedelai dapat
mencapai 50% (Uhi, 2006).
2.2.5.2. Limbah udang,
merupakan hasil samping dari penggolahan udang yang dijadikan sebagai bahan
pakan dan memiliki kandungan protein yang cukup tinggi. Cangkang udang mengandung 20-30%
senyawa kitin, 21% protein dan 40-50% mineral (Hargono, 2008). Sebagian besar
limbah udang yang dihasilkan oleh usaha pengolahan udang berasal dari kepala,
kulit dan ekornya. Kulit udang mengandung protein 25%-40%, kitin 15%-20% dan
kalsium karbonat 45%-50% (Swastawati et
al ., 2008).
2.2.6. Sumber Mineral
Mineral merupakan senyawa anorganik yang diperlukan dalam
jumlah sedikit namun berfungsi cukup penting bagi tubuh. Mineral dibutuhkan
untuk pertumbuhan dan kesehatan ruminansia(Uhi, 2006). Mineral dapat dibedakan
menjadi 2, yaitu mineral mikro dan mineral makro. Kalsium dan Phospor merupakan
golongan makro mineral
yang dibutuhkan oleh ayam
petelur, oleh sebab itu perlu ada penambahan kalsium dalam pakan dengan
menggunakan bahan pakan sumber kalsium
(Rahadianto, 2013).
2.2.6.1. Tepung
cangkang telur, merupakan tepung yang terbuat dari
bahan baku cangkang telur, poses pembuatanya dengan cara pengeringan dan
penghalusan serta biasa digunakan sebagai bahan pakan sumber mineral. Kulit telur terdiri atas97% kalsium
karbonat. Selain itu, rerata dari kulit telur mengandung 3% fosfor dan 3%
terdiri atas magnesium, natrium, kalium, seng, mangan, besi, dan tembaga (Syam et al., 2014). Cangkang telur mengandung
hampir 95,1% terdiri atas garam-garam anorganik 3,3% bahan organik, terutama
protein (Sitous,2009).
2.2.6.2.Top mix,
merupakan campuran beberapa bahan pakan yang memiliki kandungan mineral yang
tinggi. Top mix digunakan dalam campuran ransum tetapi dalam jumlah sedikit (Aslamsyah
dan Muhamad, 2012). Top mix dapat di uji kualitasnya menggunkan uji
organoleptis yang dapat dilakukan menggunakan beberapa cara, diantaranya yaitu
melihat, mencium, merasakan dan meraba (Kushartono, 2000).
2.2.7. Sumber Vitamin
Sumber vitamin
merupakan pakan yang memiliki kandungan vitamin yang tinggi (Siaka, 2009).
Vitamin merupakan senyawa kompleks yang sangat dibutuhkan oleh tubuh ternak
yang berfungsi untuk membantu pengaturan atau proses kegiatan tubuh (Sudarmono,
2003).
2.2.7.1. Vitachik,
merupakan bahan pakan yang termasuk dalam sumber vitamin. Vitachick berbentuk serbuk, berbau khas seperti obat, berwarna
orange, memiliki rasa asam, bertekstur halus, berbentuk serbuk. Vitachick memiliki kandungan vitamin
yang tinggi, berfungsi untuk mempercepat pertumbuhan ayam. Vitachick diberikan kepada ayam untuk mempercepat pertumbuhan ayam
(Winarno, 1994). Vitachickmerupakan
bahan pakan yang memiliki fungsi untuk mempercepat pertumbuhan (Rasyaf, 1992).
2.2.8. Zat Aditif
Zat Aditif adalah
bahan kimia yang dicampurkan ke dalam makanan yang bertujuan untuk meningkatkan
kualitas makanan, menambahkan kelezatan dan mengawetkan makanan (Sudarmono, 2003).Penggunaan
bahan tambahan atau zat aditif pada pakan semakin meingkat, terutama setelah
adanya penemuan-penemuan termasuk keberhasilan dalam mensntesis bahan kimia
baru yang lebih praktis, murah dam mudah diperoleh (Siaka, 2009).
2.2.8.1.Asam cuka, berfungsi untuk menambah cita
rasa, mengurangi rasa manis, dapat pula memperbaiki tekstur, selain itu asam
cuka jugadapat berperan sebgai pengawet, dimana asam cuka akan menurunkan ph
bahan pakan sehinggadapat menghambat bakteri pembusuk (Winarno, 1994). Cuka
bersifat asam serta berbentuk cair dan berwarna putih bening (Suhaidi, 2003).
BAB
III
METODELOGI
Praktikum Bahan Pakan Formulasi
Ransum dengan materi Uji Organoleptik dilaksanakan pada hari Jumat, tanggal 05
Desember 2014 pada pukul 15.00 - 17.00 WIB. dilaksanakan di Gedung A lantai 1
Fakultas Peternakan dan Pertanian, Universitas Diponegoro, Semarang.
3.1. Materi
Materi yang digunakan dalam
praktikum Uji Organoleptik adalah berbagai jenis bahan pakan yaitu Pakan
Hijauan Kering, Hijauan Segar (Pastura), Pakan Sumber Energi, Pakan Sumber
Protein, Pakan Sumber Mineral, Pakan Sumber Vitamin, dan Pakan Sumber Additif
yang terdiri dari rumput raja, jerami jagung, cuka,,tepung gaplek, jagung,
bungkil kedelai, vitachick, cangkang telur, rumput bebe, kulit kacang tanah,
mengkudu, ampas kelapa, sorgum putih dan top mix. Adapun alat-alat yang
digunakan adalah selembar kertas sebagai tempat bahan pakan dan alat tulis
untuk mencatat klasifikasi bahan pakan yang tersedia.
3.2. Metode
Metode yang digunakan dalam Uji Organoleptik adalah pertama
yang perlu dilakukan yaitu menyiapkan seluruh bahan pakan yang akan digunakan
untuk praktikum. Menempatkan bahan pakan kedalam toples dan memberi label
berdasarkan nama bahan kemudian menyiapkan alat tulis. Melakukan uji dengan
membedakan jenis pakan berdasarkan standar internasional dan uji organoleptik
berdasarkan warna, rasa, bentuk, tekstur, dan bau. Menggolongkan bahan pakan
berdasarkan tata urutan menurut klasifikasi bahan pakan secara Internasional.
Mencatat hasil pengamatan kedalam kertas yang sudah dipersiapkan.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1.
Hasil Pengamatan
Berdasarkan hasil praktikum Identifikasi Bahan Pakan
diperoleh hasil sebagai berikut:
Tabel 1. Hasil Pengklasifikasi Jenis Bahan Pakan
|
No
|
Bahan Pakan
|
Warna
|
Bau
|
Rasa
|
Tekstur
|
Bentuk
|
Kelas
|
|
1
|
Jeruk Nipis
|
Hijau
|
Khas
|
Kecut
|
Kasar
|
Bulat
|
Bahan aditif
|
|
2
|
Tetes
|
Hitam
|
Khas
|
Manis
|
Halus
|
Cair
|
Sumber energi
|
|
3
|
Cuka
|
Putih
|
Khas
|
Asam
|
Halus
|
Cair
|
Bahan Adittif
|
|
4
|
Tepung Kulit Kerang
|
Abu-abu
|
Khas
|
Khas
|
Kasar
|
Serbuk
|
Sumber Mineral
|
|
5
|
Sorgum Coklat
|
Coklat
|
Tidak Bau
|
Hambar
|
Halus
|
Butiran
|
Sumber Energi
|
|
6
|
Gamal
|
Hijau
|
Khas
|
Pahit
|
Halus
|
Lembaran
|
Sumber Protein
|
|
7
|
Jahe
|
Coklat
|
Khas
|
Pedes
|
Kasar
|
Rimpang
|
Bahan adittif
|
|
8
|
Eceng Gondok
|
Hijau
|
Khas
|
Pahit
|
Kasar
|
Helai
|
Hijauan
|
|
9
|
Ampas Kelapa
|
Putih
|
Khas
|
Gurih
|
Kasar
|
Serbuk
|
Sumber energi
|
|
10
|
Rumput Lapang
|
Hijau
|
Khas
|
Pahit
|
Kasar
|
Lembaran
|
Hijauan
|
|
11
|
Tepung Gaplek
|
Putih
|
Khas
|
Hambar
|
Halus
|
Serbuk
|
Sumber Energi
|
|
12
|
Tepung Cangkang
|
Coklat
|
Amis
|
Hambar
|
Kasar
|
Pecahan
|
Sumber Mineral
|
|
13
|
Millet Merah
|
Merah Bata
|
Khas
|
Hambar
|
Halus
|
Butiran
|
Sumber Energi
|
|
14
|
Garam
|
Putih
|
Khas
|
Asin
|
Kasar
|
Serbuk
|
Sumber Protein
|
|
15
|
Millet Putih
|
Putih Kekuningan
|
Khas
|
Hambar
|
Halus
|
Butiran
|
Sumber Energi
|
|
16
|
Kacang Tanah
|
Coklat
|
Khas
|
Khas
|
Halus
|
Bijian
|
Sumber Protein
|
|
17
|
Biji Kedelai
|
Putih Kecoklatan
|
Khas
|
Khas
|
Halus
|
Bijian
|
Sumber Protein
|
|
18
|
Biji Kacang Hijau
|
Hijau
|
Khas
|
Khas
|
Agak Kasar
|
Bijian
|
Sumber Protein
|
|
19
|
Ampas Tahhu
|
Putih
|
Asam
|
Gurih
|
Lembek
|
Gumpal
|
Sumber Protein
|
|
20
|
Onggok
|
Putih
|
Khas
|
Hambar
|
Halus
|
Tepung
|
Sumber Energi
|
|
21
|
Rumput Gajah
|
Hijau
|
Khas
|
Khas
|
Kasar Berbulu
|
Helai
|
Hijauan
|
|
22
|
Rumput Raja
|
Hijau
|
Khas
|
Khas
|
Kasar Berbulu
|
Helai
|
Hijauan
|
|
23
|
Alang-alang
|
Hijau
|
Khas
|
Khas
|
Kasar
|
Helai
|
Hijauan
|
|
24
|
Vita Chick
|
Orange
|
Khas Obat
|
Gurih
|
Lembut
|
Serbuk
|
Sumber Vitamin
|
|
25
|
Mineral Mix
|
Putih
|
Tak bau
|
Hambar
|
Kasar
|
Serbuk
|
Sumber Mineral
|
|
26
|
Bonggol Jagung
|
Putih
|
Tak bau
|
Hambar
|
Kasar
|
Bonggolan
|
Pakan Kasar
|
|
27
|
Vita Stress
|
Kuning
|
Khas
|
Gurih
|
Lembut
|
Serbuk
|
Sumber Vitamin
|
|
28
|
Rumput Bebe
|
Hijau
|
Hijauan
|
Pahit
|
Kasar
|
Rumput
|
Hijauan
|
|
29
|
Singkong
|
Coklat
|
Khas
|
Hambar
|
Kasar
|
Umbian
|
Sumber Energi
|
|
30
|
Tepung Jangkrik
|
Coklat
|
Amis
|
Gurih
|
Kasar
|
Serbuk
|
Sumber Protein
|
|
31
|
Mengkudu
|
Hijau
|
Khas
|
Pahit
|
Berbintil
|
Bulat
|
Bahan Adittif
|
|
32
|
Jerami Jagung
|
Coklat
|
Hijauan Kering
|
Hambar
|
Kasar
|
Hijauan Kering
|
Pakan Kasar
|
|
33
|
Klobot jagung
|
Hijau layu
|
Khas
|
Hambar
|
Halus
|
Lembaran
|
Sumber Energi
|
|
34
|
Tepung Tulang
|
Putih
|
Mineral
|
Gurih
|
Kasar
|
Serbuk
|
Sumber Mineral
|
|
35
|
Jagung
|
Kuning
|
Tidak bau
|
Hambar
|
Halus
|
Biji
|
Sumber Energi
|
|
36
|
Kulit Kacang
|
Krem
|
Tidak Bau
|
Gurih
|
Kasar
|
Kulit pecahan
|
Pakan Kasar
|
|
37
|
Sorgum Putih
|
Putih
|
Tidak bau
|
Hambar
|
Halus
|
Bijian
|
Sumber energi
|
|
38
|
Bungkil Kelapa
|
Coklat
|
Tengik
|
Hambar
|
Kasar
|
Serbuk
|
Sumber Protein
|
|
39
|
Ampas Kelapa
|
Putih
|
Khas
|
Gurih
|
Kasar
|
Serbuk
|
Sumber Energi
|
|
40
|
Biji Kapuk
|
Hitam kecoklatan
|
Khas
|
Hambar
|
Halus
|
Butiran
|
Sumber Energi
|
|
41
|
Biji Bunga Matahari
|
Coklat
|
Khas
|
Gurih
|
Halus
|
Bijian
|
Sumber Energi
|
|
42
|
Tepung Udang
|
Krem
|
Amis
|
Gurih
|
Kasar
|
Serbuk
|
Sumber Protein
|
|
43
|
Dedak
|
Coklat kekuningan
|
Khas
|
Khas
|
Kasar
|
Serbuk
|
Sumber Energi
|
|
44
|
Bungkil Kedelai
|
Coklat Kekuningan
|
Khas
|
Khas
|
Kasar
|
Serbuk
|
Sumber Protein
|
|
45
|
Tepung Ikan
|
Coklat
|
Amis
|
Ikan
|
Kasar
|
Serbuk
|
Sumber Protein
|
|
46
|
Bekatul
|
Krem
|
Khas
|
hambar
|
Kasar
|
Serbuk
|
Sumber Energi
|
Sumber : Data Primer Praktikum Bahan
Pakan Formulasi Ransum, 2014.
4.2. Klasiifikasi Bahan Pakan
Pakan merupakan bahan
pakan yang dimakan ternak serta mengandung energi, protein, dan nutrien lainnya
yang dibutuhkan oleh ternak.Kualitas bahan pakan ditentukan oleh kandungan
nutrien atau komposisi kimianya. Berdasarkan sifat karakteristik fisik dan
kimianya, serta penggunaannya secara internasional bahan pakan dibagi menjadi
delapan kelas. Hal ini sesuai dengan pendapat Hartadi (1993)yang menytakan
bahwa bahan
pakan adalah suatu bahan yang dimakan oleh ternak yang mengandung energi dan
zat-zat gizi di dalam bahan pakan. Tillman
et al., (1991) menambahkan bahwa klasifikasi bahan pakan secara
internasional telah membagi bahan pakan menjadi 8 kelas, yaitu hijauan kering, pasture atau hijauan segar, silase,
sumber energi, sumber protein, sumber mineral, sumber vitamin dan zat additive
4.2.1. Hijauan kering
dan jerami
Berdasarkan
praktikum yang telah dilakukan, bahan pakan yang termasuk hijauan kering dan
jerami adalah klobot jagung, tongkol jagung, kulit kacang tanah dan kulit
kedelai. Hal ini sesuai dengan pendapat Hartadi et al. (1990) yang
menyataka bahwa bahan pakan yang termasuk dalam kelas nomor satu adalah hay,
jerami, fodder (bagian material dari tanaman jagung atau sorghum),
sekam dan kulit biji polongan. Hijauan kering dan jerami merupakan kelas nomor
satu dalam klasifikasi internasional, karena kelas ini berupa hijauan dan bahan
pakan baik berupa legum maupun graminae yang sudah diambil hasil
utamanya. Hal ini sesuai dengan pendapat Hartadi et al. (1990) yang
menyatakan bahwa kelas ini mengikutsertakan semua hijauan dan jerami yang
dipotong dan dirawat, dan produk lain dengan lebih dari 10% serat kasar dan
mengandung lebih dari 35% dinding sel. Rasyaf(1994) menambahkan bahwa yang
termasuk kelas hijauan kering dan jerami adalah semua hay, jerami
kering, dry fodder, dry stover dan semua bahan makanan kering yang
berisi 18% atau lebih serat kasar.
4.2.1.1. Jerami Jagung, berdasarkan data praktikum uji
organoleptik, jerami jagung memiliki warna hijau, rasa tawar, bentuk panjang,
tekstur kasar, bau khas, dan masuk dalam klasifikasi hijauan kering dan jerami.
Hal ini sesuai dengan pendapat Hartadi et al.(1990) yang
menyatakan bahwa kelas bahan kering dan jerami mengikut sertakan semua hijauan
dan jerami yang dipotong dan dirawat, dan produk lain dengan lebih dari 10%
serat kasar dan mengandung lebih dari 35% dinding sel. Contoh dari hijauan
kering dan jerami adalah hay, jerami, fodder, stover, sekam, kulit
biji polongan. Menurut Agus (2007) bahwa jerami jagung memiliki kandungan BETN
37,9 %, serat kasar 35,7 %, dan protein kasar 3,7- 4,3 %.
4.2.1.2. Kulit Kacang Tanah, berdasarkan data praktikum uji
organoleptik, kulit kacang tanah berbentuk kulit, berbau khas, memiliki tekstur
kasar, rasa yang gurih dan berwarna krem, serta termasuk dalam kelas 1. Hal ini
sesuai dengan pendapat Hartadi et al. (1990) yang menyatakan bahwa
bahan pakan yang termasuk dalam kelas nomor satu adalah hay, jerami, fodder,
sekam dan kulit biji polongan dan kulit kacang memiliki kandungan BK 86%, abu
8,1%, SK 24,8%, BETN 39,5% dan PK 14,3%. Menurut Agus (2007) bahwa hay
dan jerami termasuk dalam kelas ini. Kulit kacang tanah memiliki kandungan
nutrisi dengan BETN 11,5 % untuk bahan yang diberikan dan 34,1 % atas dasar
bahan kering, serat kasar 39,9 – 40,2%, protein kasar 14,0 – 15 %.
4.2.2. Pastura
Pastura merupakan kelas nomor dua dalam klasifikasi
internasional, karena kelas ini berupa rumput atau tanaman atau bahan pakan
yang ada di padang penggembalaan. Hal ini sesuai dengan pendapat Hartadi et
al. (1990) yang menyatakan bahwa pastura merupakan tanaman padangan,
semua hijauan yang dipotong atau tidak, dan diberikan dalam keadaan segar.
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan, bahan pakan yag termasuk pastura
adalah rumput gajah, rumput raja, daun gamal, eceng gondok, rumput lapang,
rumputBrachiaria brizantha, sentro, kalopo, kaliandra dan alang-alang.
Hal ini diperkuat pendapat Supriyadi dan Musofie (2002) menyatakan bahwa
Pastura atau tanaman padangan merupakan tanaman yang sengaja ditanam guna
diberikan pada ternak dalam keadaan segar.
4.2.2.1. Rumput Raja, berdasarkan
data praktikum pengenalan bahan pakan, rumut raja berbentuk helaian daun
yang sejajar, berbau khas, memiliki tekstur halus, rasanya pahit dan berwarna
hijau, serta termasuk ke dalam kelas 2 yaitu hijauan segar (pastura). Hal ini
sesuai pendapat Rukmana (2005)yang menyatakan bahwa rumput raja (pennisetum purpureophoides) merupakan
rumput yang tumbuh tegak berumpun,batang tebal, daun yang agak lebar, ada bulu
pada helaian daun dekat ligula.Pendapat ini diperkuat Astuti (2011) yang
menyatakan bahwa rumput raja memiliki kandungan nutrien serat kasar sebesar
21,73%, protein kasar 16,30% dan kadar
abu 8%.
4.2.2.2. Rumput Brachiaria brizantha, berdasarkan
data praktikum pengenalan bahan pakan, rumput Brachiaria brizanta berbentuk
daun sejajar, berbau khas, tekstur halus, rasanya pahit dan berwarna hijau,
serta termasuk ke dalam kelas 2 yaitu hijauan segar (pastura). Hal ini sesuai
dengan pendapat Hartadi et al. (1990) yang menyatakan bahwa
rumputBrachiaria brizanta merupakan bahan pakan yang memilikikadar
abu 3,0%, lemak kasar 0,6%, serat kasar 5,9%, BETN 88,5% dan protein kasar 2,0%
dalam 100% bahan kering. Hal ini diperkuatoleh pendapat Rukmana (2005) yang
menyatakan bahwa rumput Brachiaria brizantadapat memproduksi hijauan
segar 154 ton/ha/th.
4.2.3. Silase
Berdasarkan
hasil praktikum, silase adalah hijauan segar yang diawetkan di dalam silo
dengan bantuan mikroorganisme. Hal ini sesuai dengan pendapat Aminudin (1986)
yang menyatakan silase merupakan hijauan pakan ternak yang disimpan dalam
keadaan segar (succulent, kadar air 60-70%) di dalam suatu tempat yang disebut
silo. Santoso (1986) menyatakan bahwasilase merupakan hijauan segar yang
diawetkan seperti rumput dan leguminosa. Silase digunakan pada saat musim
kemarau atau pada saat kekurangan pakan. Pembuatan rumput silase ada beberapa
cara salah satunya didalam lubang atau liang tanah baik juga hasilnya sehingga
dapat dianjurkan pembuatannya ditempat tempat yang sering timbul kekurangan
makanan ternak besar.
4.4.4. Sumber Energi
Berdasarkan
hasil praktikum Bahan Pakan Formulasi Ransum dengan materi klasifikasi bahan
pakan di peroleh hasil bahwa sumber energi adalah bahan pakan yang mengandung
persentase serat kasar tinggi di bandingkan tingkat persentase nutrisi lain.
Hal ini sesuai dengan pendapat Santoso (1986) yang menyatakan bahwa sumber
energi lebih dari 2250 Kkal/kg dan memiliki serat kasar tinggi. Bahan pakan
sumber energi di bagi menjadi 2 yaitu Serat Kasar dan BETN. Hal ini sesuai dengan pendapat Rianto
dan Purbowati (2011) yang menyatakan bahwa Karbohidrat dibagi menjadi 2
golongan besar dalam pemberian pakan ruminansia Bahan Ekstrak Tiada Nitrogen
(BETN) dan Serat Kasar (SK).
.
4.4.4.1. Jagung, berdasarkan
hasil praktikum Bahan Pakan Formulasi Ransum dengan materi klasifikasi bahan
pakan di peroleh hasil bahwa jagung berwarna kuning, tidak bau, memiliki rasa
hambar, tekstur halus dan berbentuk butiran. Jagung merupakan salah satu
makanan pokok pengganti sebagai sumber karbohidrat. Hal ini sesuai dengan
pendapat Rianto dan Purbowati (2011) yang menyatakan bahwa jagung merupakan
golongan bahan pakan sumber energi karena memiliki karbohidrat yang larut dalam
air monosakarida, disakarida,pati. Jagung memiliki kandungan PK 8,9% dan
memiliki rasa manis yang menandakan ada kadar gula di dalamnya. Hal ini sesuai
dengan pendapat Santoso (1986) yang menyatakan bahwa jagung mempunyai kandungan
protein 9% dan TDN 81% serta memiliki rasa yang manis karena memiliki fruktosa
yang tinggisebagai energi untuk metabolisme ternak.
4.4.4.2. Tepung gaplek,
berdasarkan hasil praktikum Bahan Pakan Formulasi
Ransum dengan materi klasifikasi bahan pakan di peroleh hasil bahwa tepung
gaplek berwarna putih, memiliki bau yang khas, rasa yang hambar, mempunyai
tekstur halus, berbentuk serbuk. Tepung gaplek adalah bahan pakan yang terbuat dari
singkong yang telah dikeringkan dan di haluskan. Hal ini sesuai dengan pendapat
Sutama dan Budiarsana (2009) yang menyatakan bahwa tepung gaplek merupakan
bahan pakan yang berasal dari singkong yang direndam kedalam air kemudian di
keringkan lalu kupas kulitnya dan tumbuk hingga halus. Tepung gaplek. Tepung
gaplek merupakan bahan pakan yang memilik kadar air yang rendah dan padat. Hal
ini sesuai dengan pendapat Agus (1990) yang menyatakan bahwa bahan pakan
dikatakan sumber energi jika memiliki serat kasar lebih dari 80%.
4.4.4.3. Ampas Kelapa,
berdasarkan hasil praktikum Bahan Pakan Formulasi Ransum dengan materi
klasifikasi bahan pakan di peroleh hasil bahwa ampas kelapa memiliki warna
putih, bau yang khas, rasa hambar, tekstur halus, berbentuk serbuk. Ampas
kelapa adalah sisa dari kelapa yang di perah sari sarinya. Hal ini sesuai
dengan pendapat Rianto dan Purbowati (2011) yang menyatakan bahwa ampas kelapa
bahan pakan dari sisa kelapa yang sudah di ambil sarinya. Rasa dasar dari buah
kelapa adalah manis yang menandakan adanya kadar gula pada ampas kelapa. Hal
ini sesuai dengan pendapat Santoso (1986) yang menyatakan bahwa bahan pakan
yang manis memiliki kadar fruktosa yang tinggi.
4.4.4.4. Sorghum Putih,
berdasarkan hasil praktikum Bahan Pakan Formulasi Ransum dengan materi
klasifikasi bahan pakan di peroleh hasil bahwa sorghum putih memiliki warna
putih, tidak berbau, rasa hambar, bertekstur halus, berbentuk bijian. Sorghum
putih adalah bahan pakan yang mengandung karbohidrat tinggi. Hal ini sesuai
dengan pendapat Sutama dan Budiarsana (2009) yang menyatakan bahwa bahan pakan
yang memiliki karbohidrat tinggi merupakan bahan pakan sumber energi.Sorghum
putih memiliki serat kasar yang tinggi. Hal ini sesuai dengan pendapat Agus
(1990) yang menyatakan bahwa sorghum putih memiliki serat kasar lebih dari 80%.
4.4.5. Sumber Protein
Berdasarkan
hasil praktiikum bahan pakan yang mengandung protein harus memiliki kandugan
protein kasar (PK) lebih dari 20%. Hal ini sesuai dengan pendapat Sunarso dan
Christiyanto (2011) yang menyatakan bahwa sumber protein adalah pakan yang
mengandung protein lebih dari 20%. Bahan pakan yang termasuk sumber protein ada
2, yaitu nabati dan hewani. Contoh sumber nabati diantaranya, yaitu bungkil
kedelai dan bungkil kacang tanah sadangkan contoh sumber protein hewani daiantaranya tepung
ikan, limbah udang, tepung daging dan tepung darah. Hal ini sesuai dengan
pendapat Uhi (2006) yang menyatakan bungkil kedelai merupakan salah satu bahan
pakan yang sangat baik bagi ternak, kadar protein pada bungkil kedelai dapat
mencapai 50%.
4.4.5.1. Bungkil
Kedelai, berdaarkan hasil prektikum menggunakan
uji organoleptis bungkil kedelai memiliki warna kuning , tekstur kasar, bau
yang khas dan rasa yang sedikit hambar. Bungkil kedelai merupakan salah satu bahan
pakan sebagai sumber protein karena memiliki kandungan protein lebih dari 20%.
Hal ini sesuai dengan pendapat Uhi (2006) yang menyatakan bahwa bungkil kedelai
merupakan salah satu bahan pakan yang sangat baik bagi ternak, kadar protein
pada bungkil kedelai dapat mencapai 50%. Bungkil kedelai dalam ransum biasa
dicampurkan dalam jumlah sedikit karena harga yang lebih mahal. Hal ini sesuai
dengan pendapat Kushartono (2000) yang menyatakan bahwa bungkil kedelai sebagai
salah satu bahan pokok penting biasa diberikan 5-20% dalam ransum ayam.
4.4.5.2. Limbah Udang, berdasarkan
hasil prakatikum menggunakan uji organoleptis limbah udang memiliki waarna
krem, berbau amis, rasa yang gurih, tektur yang kasar dan berbentuk serbuk. Hal
ini sesuai dengan pendapat Kushartono (2000) yang menyatakan bahwa dalam
penentuan kualitas bahan pakan secara organoleptis dapat dilakukan dengan cara melihat, mencium,
merasakan dan meraba. Limbah udang termasuk bahan pakan yang termasuk sumber
protein karena memiliki kandungan protein lebih dari 20%. Hal ini sesuai dengan
pendapat Swastawati
et al.(2008) yang menyatakan bahwa
kulit udang mengandung protein 25%- 40%, kitin 15%- 20% dan kalsium karbonat 45%-
50%.
4.2.6. Sumber Mineral
Berdasarkan
hasil praktikum menggunakan uji organoleptis tepung cangkang telur memiliki
warna coklat, berbau amis, rasa hambar, tekstur kasar dam berbentuk serbuk. Hal
ini sesuai dengan pendapat Kushartono (2000) yang menyatakan bahwa dalam
penentuan kualitas bahan pakan secara organoleptis dapat dilakukan dengan beberapa cara, yaitu
melihat, mencium, merasakan dan meraba. Tepung cangkang telur merupakan bahan
pakan sebagai sumber mineral karena memiliki kandugan kalsium yang tinggi. Hal
ini sesuai dengan pendapat Syam et al. (2014)
yang menyatakan bahwa kulit telur terdiri atas 97% kalsium karbonat. Kulittelur
mengandung 3% fosfor dan 3% terdiri atas magnesium, natrium, kalium, seng,
mangan, besi, dan tembaga.
4.2.6.1. Tepung
cangkang telur, berdasarkan hasil praktikum menggunakan
uji organoleptik cangkang telur memiliki coklat, berbau amis, rasa hambar,
tekstur kasar dam berbentuk serbuk. Hal ini sesuai pendapat pendapat Kushartono
(2000) yang menyatakan bahwa dalam penentuan kualitas bahan pakan secara
organoleptis dapat dilakukan dengan
beberapa cara, yaitu melihat, mencium, merasakan dan meraba. Tepung cangkang
telur merupakan tepung yang terbuat dari bahan baku cangkang telur, poses
pembuatanya dengan cara pengeringan dan penghalusan serta biasa digunakan
sebagai bahan pakan sumber mineral. Hal ini sesuai pendapat Syam et al. (2014)yang menyatakan bahwa kulit telur terdiri atas 97% kalsium
karbonat. Selain itu, rerata dari kulit telur mengandung 3% fosfor dan 3%
terdiri atas magnesium, natrium, kalium, seng, mangan, besi, dan tembaga.
4.4.6.2. Top Mix, berdasarkan hasil praktikum menggunakan uji organoleptis,
topmix memiliki warna warna putih , tidak berbau, rasa
hambar, tekstur kasar dam berbentuk serbuk. Hal ini sesuai dengan pendapat
Kushartono (2000) yang menyatakan bahwa dalam penentuan kualitas bahan pakan
secara organoleptis dapat dilakukan dengan beberapa cara, yaitu melihat,
mencium, merasakan dan meraba. Topmix merupakan bahan pakan sebagai sumber
mineral karena terdiri dari berbagai macam campuran mineral diantaranya adalah
kalsium, phospor, dll serta diperlukan dalam jumlah sedikit dalam ransum. Hal
ini sesuai dengan pendapat Aslamsyah dan
Muhamad (2012) yang menyatakan bahwa mineral mix digunakan dalam campuran
ransum tetapi dalam jumlah sedikit.
4.4.7. Sumber Vitamin
Berdasarkan
praktikum yang telah dilakukan dapat diketahui bahwa sumber vitamin merupakan
bahan pakan yang memiliki kandungan vitamin yang tinggi. Kandungan vitamin pada
bahan pakan berfungsi untuk pertumbuhan dan kekebalan tubuh ternak. Hal ini
sesuai dengan pendapat Sudarmono (2003) yang menyatkan bahwa vitamin diberikan
untuk proses kegiatan dan pengaturan tubuh. Hal ini diperkuat dengan pendapat
Siaka(2009) yang menyatakan bahwa sumber vitamin merupakan bahan pakan dengan
kandungan vitamin yang cukup tinggi.
4.4.7.1. Vitachick, berdasarkan
praktikum yang telah dilakukan dapat diketahui bahwa vitachick merupakan bahan pakan yang termasuk dalam sumber vitamin.
Vitachick berbentuk serbuk, berbau
khas seperti obat, berwarna orange, memiliki rasa asam, bertekstur halus,
berbentuk serbuk. Vitachick memiliki
kandungan vitamin yang tinggi, berfungsi untuk mempercepat pertumbuhan ayam.
Hal ini sesuai dengan pendapat Winarno (1994) yang menyatkan bahwa vitachick diberikan kepada ayam untuk mempercepat
pertumbuhan ayam. Hal ini diperkuat dengan pendapat Rasyaf(1992) yang
menyatakan bahwa bahwa vitacik merupakan bahan pakan yang dapat mempercepat
pertumbuhan.
4.4.8. Aditif
Berdasarkan
praktikum yang telah dilakukan dapat diketahui bahwa bahan aditif adalah bahan
pakan yang diberikan kepada ternak berupa bahan pakan tambahan.Bahan aditif ini
ada yang berupa bahan tambahan warna, penambah rasa, dan penambah bau.Hal ini
sesuai dengan pendapat Siaka (2009) yang menyatakan bahwa bahan tambhan dapat
berupa penambah rasa, penambah baudan penambah warna.Hal ini diperkuat dengan
pendapat Sudarmono (2003) yang menyatakan bahwa bahan aditif adalah bahan yang
ditambahkan dalam bahan pakan.
4.4.8.1. Cuka, berdasarkan
praktikum yang telah dilakukan dapt diketahui bahwa cuka memiliki rasa yang
asam, baunya khas cuka, warnanya bening, berbentuk cair.Cuka termasuk dalam
bahan pakan aditif, karena cuka diberikan untuk menambah rasa pada bahan pakan.
Hal ini sesuai dengan pendapat yang dikemukakan oleh Winarno (1994) bahwa asam
cuka berfungsi untuk menambah cita rasa, mengurangi rasa manis, dapat pula
memperbaiki tekstur, selain itu asam cuka juga dapat berperan sebgai pengawet,
dimana asam cuka akan menurunkan pH bahan pakan sehinggadapat menghambat
bakteri pembusuk. Hal ini diperkuat dengan pendapat Suhaidi (2003) yang
menyatakan bahwa cuka bersifat asam serta berbentuk cair dan berwarna putih
bening.
BAB
V
KESIMPULAN
Klasifikasi
bahan pakan secar internasional meliputi pakan kasar contohnya jerami jagung dan
kulit kacang. Hijauan segar contohnya rumput raja dan rumput bebe. Silase tidak
yaitu hijauan segar yang sengaja disimpan contoh silase jerami. Sumber energi
contohnya ampas kelapa, tepung gaplek, dan
jagung. Sumber protein contohnya tepung udang dan bungkil kedelai. Sumber
mineral contohnya top mix dan Tepung cangkang telur. Sumber vitamin contohnya vitachicks. Bahan aditif contohnya cuka.
.
DAFTAR PUSTAKA
Agus
, B. M. 1990. Beternak Sapi
Potong.Kanisius.Yogyakarta.
Agus, A. 2007. Membuat Pakan Ternak Secara Mandiri. Citra
Aji Pratama.Yogyakarta.
Alamsyah, S. dan Muhamad Y. K. 2012.
Uji organoleptik, fisik dan kimia pakan buatan untuk ikan bandeng yang
disubsitusi dengan tepung cacing tanah. J. Akuakultur indonesia 11 (2) : 124 – 131
Aminudin
,S. 1986. Beberapa Jenis dan Metoda Pengawetan Hijauan Pakan Ternak Tropika.Universitas Jendral
Soedirman.Purwokerto.
Anas, S dan Andy. 2010. Kandungan NDF dan ADF silase campuran jerami jagung dengan beberapa level daun gamal. J.
Agrisistem 6 (2) : 77 - 81
Astuti, N.
2011. Pengaruh pemotongan terhadap kandungan nutrien rumput raja. J. agrisains
2 (3) : 8 - 16
Hargono, Abdullah dan I. Sumantri.
2008. Pembuatan kitosan dari limbah cangkang udang serta aplikasinya dalam
mereduksi kolestrol lemak kambing. J. Reaktor 12 (1) : 53 – 57
Hartadi, H., Soedomo, R., Allen, D. F. 1990. Tabel
Komposisi Pakan Untuk Indonesia. UGM Press. Yogyakarta.
Kushartono, B. 2000. Penentuan
kualitas bahan baku pakan dengan cara organoleptik. Balai Penelitian Ternak,
Bogor.
Lubis
,D. A. 1963. Ilmu Makanan Ternak. PT Pembangunan Djakarta. Bogor.
Lubis,
DA. 1992. Ilmu Makanan Ternak. PT Pembangunan, Jakarta.
Rahadianto,
A., Osfar, S dan Irfan H. D. 2013. Efek penambahan beberapa sumber kalsium
dalam pakan terhadap kualitas eksternal telur ayam petelur.
Rasyaf,
M. 1992. Seputar Makanan Ayam Kampung. Kanisius, Yogyakarta.
Rasyaf, M. 1994. Makanan
Ayam Broiler. Kanisius. Yogyakarta
Riyanto, E dan Endang P. 2009.
Beternak Sapi Potong. Penebar Swadaya, Jakarta.
Rukmana.
2005. Budi Daya Rumput Unggul. Kanisius, Yogyakarta.
Samadi,
2012. Konsep ideal protein (asam amino) fokus pada ternak ayam pedaging. J.
Agripet vol 12
Santoso,
U. 1986. Limbah Bahan Ransum Unggas Yang Rasional. PT Bhratara Karya Aksara,
Jakarta. Fakultas Peternakan, Universitas Brawijaya Press, Malang.
Siaka,
I. M. 2009. Analisis bahan pengawet benzoat pada saos tomat yang beredar di
wilayah Kota Denpasar. J. Kimia 3 (2):
87-92
Sitous, J. P. P.A. 2009. Pemanfaatan
pemberian tepung cangkang telur ayam Ras dalam ransum terhadap performans
burung Puyuh umur 0 – 42 hari. Fakultas Pertanian, Universitas Sumatra Utara,
Medan (skripsi).
Sudarmono,
A. S. 2003. Pedoman Pemeliharaan Ayam Ras Petelur. Kanisius, Yogyakarta.
Suhaidi,
I. 2003. Pengaruh Lama Perendaman Kedelai dan Jenis Zat Penggumpal Terhadap
Mutu Tahu. Jurusan Teknologi Pertanian. Universitas Sumatera Utara.
Sunarso
dan M. Christiyanto. 2011. Manajemen Pakan. Universitas Diponegoro, Semarang.
Supriyadi
dan Musofie A. 2002. Hijauan Pakan dan Kegunaan Lainya Dilahan Kering, Balai
Pengkajian Teknologi Pertanian, Yogyakarta.
Susanti.
2008. Potensi kulit kacang tanah sebagai adsorben zat warna reaktif
cibacronred. Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam.Insititut Pertanian
Bogor, Bogor.
Sutama,
I. K dan Budiarsana IGM. 2009. Panduan Lengkap Kambing Domba. Penebar Swadaya,
Jakarta.
Swastawati, F., I. Wijayanti dan E.
Susanto. 2008. Pemanfaatan limbah kulit udang menjadi edible coating untuk
mengurangi pencemaran lingkngan. 4
(4) : 101 – 106
Syam, Z. Z., H. A. Kasim dan Hj. M.
Nurdin. 2014. Pengaruh serbuk cangkang telur ayam terhadap tinggi tanaman
Kamboja Jepang. J. E-Jipbiol (3) : 9 – 15
Tillman, A. D.,
Hartadi, H. Reksohadiprojo, S.,
Prawirokusumo, S. dan
Lebdosoekojo, S.1991. Ilmu Makanan Ternak Dasar. Yogyakarta. Gajah
MadaUniversity press, Yogyakarta.
Tomaszewska, MW., Mastika, IM., Djajanegara, A., Gordina,
S dan Wiradarya, TK.1993. Produksi Kambing dan Domba di Indonesia. Sebelas
Maret University Press, Surakarta.
Maret University Press, Surakarta.
Uhi, H. T. 2006. Perbandingan
suplemen katalik dengan bungkil terhadap penampilan domba. J. Ilmu ternak 6 (1) : 1 – 6
Winarno,
F. G. dan A. Rahman. 1994. Protein Sumber dan Peranannya. Departemen Teknologi
Hasil Pertanian.
Mohon ijin admin , numpang iklan promosi yaa....
BalasHapusKami menjual Batu kapur/ Kapur Aktif / Cao / CaOH2 / Kalsium Oxide / kalsium hidroxie /Limestone/ Quick Lime / Batu gamping / Kapur bakar / Kapur tohor/ Kapur sirih/Cao/ Kalsium Hidroksida/ Kalsium Karbonat / CaCo3 / Kapur pertanian / Kaptan / Kapur padam /Zeolite / Bentonite / Dolomite dll.
Tersedia mesh 80 s/d Mesh 800 dengan kemasan / packing karung / 25 kg , 50 kg , 500 kg , 1000 kg .
Untuk informasi lebih lanjut Silahkan hubungi :
Asep 081281774186
085793333234
Simpan nomor dan hubungi jika sewaktu-waktu membutuhkan.
Siap kirim ke seluruh kota di indonesia.
Terimakasih