LAPORAN PRAKTIKUM
MANAJEMEN TERNAK POTONG DAN KERJA
KOMODITAS : KAMBING
JENIS USAHA : PENGGEMUKAN
“Supriyono”
Desa: Krasak, Kecamatan: Bancak,
Kabupaten: Semarang
Disusun oleh:
Kelompok IXA
Annisa Herawati 23010113120016
Achmed Surya Suwarno 23010113120019
Nunik Ita Varianti 23010113120046
Impian H Siregar 23010113130123
S-1 PETERNAKAN
FAKULTAS PETERNAKAN DAN
PERTANIAN
UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2015
|
No
|
Aspek
|
Evaluasi
|
Solusi
|
Referensi
|
|
1
|
Profil
dan Sejarah Peternakan
a.
Pemilik Peternakan :
Nama : Bapak Supriyono
Umur : 45 tahun
b.
Alamat :
Desa Krasak Rt/Rw:1/2, Kecamatan Bancak, Kab.
Semarang
c.
Bentuk perusahaan :
Jenisusaha
perseorangan
d.
Memulai
usaha :
Sejak tahun 2010
e.
Alasan
memilih kambing :
Mudah
dalam penanganan, modal tidak terlalu besar dan cepat untuk dijual, banyak
diminati masyarakat.
f.
Jumlah ternak yang dipelihara pada
awal pemeliharaan :
70 ekor.
g.
Tempat pertama kali merintis
usaha :
Di Desa
Krasak, rt/rw:1/2, Kecamatan Bancak,Kabupaten Semarang, tepatnya
dibelakang rumah pemilik
h.
Jumlah pekerja :
1 orang,
denganlatar belakang pendidikan terkhir SMP,
gaji Rp. 1.200.000,/bulan. Waktu kerja saat pemberian pakan pagi
dan siang, serta bertugas untuk
mencari hijauan.
i.
Kendala usaha :
Penyakit
yang menyerang kambing dan modal
|
a.
–
b.
–
c.
–
d.
–
e.
Memilih ternak kambing
sebagai usaha peternakan karena penanganan yang tidak terlalu susah, dan
modal yang tidak besar namun cepat perputarannya.
f.
Dengan membeli 70 ekor kambing jantan dari pasar dan
dipelihara sampai benar benar sesuai untuk dipasarkan kembali.
g.
Usaha
peternakan penggemukankambing pertama
kali dimulai tepat dibelakang rumahnya.
h. Jumlah pekerjanya sudah sesuai dengan yang dibutuhkan, karena pemilik
ternak sendiri juga ikut melakukan pemeliharaan ini.
i.
Adanya kendala ini kurang
baik karena dapat menghambat peningkatan jumlah ternak.
|
a.
–
b.
–
c.
–
d.
–
e.
–
f.
–
g.
Sanitasi kandang harus lebih
ditingkatkan, dan feses dibuang jauh dari kandang, sehingga bau feses tidak
masuk kedalam rumah dan tidak mengganggu tetangga di lingkungan sekitar
rumah.
h.
–
i.
Sebaiknya sanitasi lebih
ditingkatkan agar kambing tidak mudah terserang penyakit, mudal dapat
dilakukan dengancara peminjaman pada bakn dengan bungayang rendah.
|
a.
–
b.
–
c.
–
d. –
e. Beternak kambing sangat menjanjikan karena selain harga bakalan kambing
terjangkau juga medah ditemui dan harga jualnya tinggi (Syukur dan Suharno, 2014).
f.
-
g.
Sanitasi
kandang yang baik dilakukan minimal seminggu sekali, hal tersebut akan
menjaga kandang tetap bersih dan menghindari bau gas amonia dari feses dan
air kencing menyebar mencemari lingkungan sekitar peternakan (Cahyono. 1998).
h. –
i.
Kambing sangat rentan
terhadap penyakit yang akan menyebabkan kerugian secara materi, penyakit ini
dapat dicegah dengan cara menjaga ligkungan dan meningkatkan ketahanan tubuh
ternak (Mulyono dan Sarwono, 2004).
|
|
2
|
Bentuk Topografi
a.
Suhu : ± 26ºC
b.
Kelembapan : 62%
c.
Ketinggian : 357 mdpl
d.
Batas-batas wilayah:
* Utara
: Kebun
* Selatan : Rumah warga
* Barat : Rumah
* Timur
: Kebun
|
a.
Suhu
ini sudah ideal untuk penggemukan kambing
b.
Kelembaban
ini sudah ideal untuk usaha penggemukan kambing.
c.
Ketinggian
tempat penggemukan kambing sudah baik yaitu sebesar 357 mdpl.
d.
Peternakan
kurang baik, kandang masih dekat dengan pemukiman warga.
|
a.
–
b.
–
c.
–
d.
–
|
a. Suhu ideal untuk penggemukan kambing adalah 17 – 260C
(Sodiq dan Abidin, 2008).
b. Kelembaban yang baik untuk usaha penggemukan kambing adalh 60-80%
(Setiawan, 2011).
c. Ketinggian ideal untuk penggemykan kambing adalah 100-500 mdpl,
ketinggiantempat sangat erat hubungannya
dengan ketersediaan hijaua yang akan mempengaruhi pertumbuhan ternak tersebut
(Kusumastuti, 2012).
d. Kandang yang baik harus jauh dari pemukiman warga, agar tidak
tergangggu dengan pencemaran limbah yang dihasilkan (Sarwono, 2008).
|
|
3
|
Perkandangan
a.
Luas lahan kandang:
120 m2
b. Jumlah kandang :
1
c. Tipe kandang :
Panggung, head
to head
d.
Kapasitas kandang:
70 ekor
|
a. Luas kandang terlalu luas
dengan jumlah kambing yang tersedia
b. Jumlah kandang satu sudah cukup. Jumlah
ternak dengan luas kandang yang ada tidak memadai
c. Tipe ini kandang panggung baik, sanitasi
mudah, tipe head to head, pemberian
pakannya mudah.
e.
Kapasitas kandang belum terpenuhi, jumlah
kambing terlalu sedikit jika dibandingkan dengan luas kandang.
|
a. Sebaiknya jumlah kambing ditambah lagi 10 ekor
kambing, agar luas kandang tidak terlalu luas.
b.
Jumlah kandang ditambah agar
ternak yang dipelihara merasa nyaman.
c.
–
d.
Untuk memenuhi kapasitas
kandang seharusnya jumlah kambing ditambah lagi dengan 10 ekor kambing..
|
a.
Ukuran kandang kambing dewasa untuk penggemukan adalah 1x1,5 m untuk
satu ekor kambing (Sarwono, 2008).
b. Jumlah kandang harus sesuai dengan jumlah ternak yang ada (Sarwono,
2008).
c. Penggemukan kambing biasanya menggunakan kandang tipe panggung, karena
kandang tipe ini adalah lebih bersih dan kering, kotoran dan urin langsung
lolos kebawah melewati celah-celah lantai, kambing terbebas dari penyakit
kulit, kuku dan cacingan (Andoko dan Warsito, 2013).
d.
Kapasitas kandang harus
dipenuhi agar peternakan lebih efisien, setiap satu ekor kambing dewasa dalam
usaha penggemukan membutuhkan kandang seluas 1,5 m2 (Sarwono,
2008).
|
|
4.
|
Bahan kandang:
a.
Atap : Genteng
b.
Lantai : Bambu
c.
Dinding :Bambu
|
a.
Bahan
atap yang digunakan sudah baik, yaitu genteng. Genteng mampu memantulkan
panas sehingga suhu dalam kandang tidak terlalu panas.
b.
Bahan
Lantai yang digunakan sudah baik, kuat dan kokoh, namun banyak yang berlubang
dan membahayakan ternak.
c.
Bahan
kandang yang digunakan sudah baik, kuat menopang ternak dan tahan lama.
|
a.
–
b.
Sebaiknya lantai yang sudah
renggang atau ada yang bolong segera ditambal denga bambu yang baru agar
ternak tidak terperosok
c.
–
|
a. Atap kandang bisa terbuat dari jerami, genteg, asbes dan lain-lain,
genteng dan asbes bahan yang paling baik selain tahan lamajuga tidak
menimbulkan pasnas (Cahyono, 1998).
b. Untuk kandang panggung Kelebihannya
antaralain kandang bersih, mudah dibersihkan dan sirkulasi udara
lancar, namun kelemahannya adalah jarak antar kayu pada lantai yang terlalu
lebar atau banyak lubang akan membuat kambing terperosok dan kakinya patah
(Danu dan Irmansah, 2009).
c. Dinding pada kandang panggung biasanya terbuat dari bamboo, dinding
harus kuat menahan beban dari kambing (Cahyono, 1998).
|
|
5
|
Populasi
Ternak
a. Jumlah ternak awal :
70 ekor
b. Jumlah ternak saat ini :
53 ekor
|
a. Jumlah ternak awal sudah baik, semakin banyak jumlah awal ternak
semakin baik agar untung yang diperoleh semakin banyak juga.
b. Jumlah ini kurang, karena target penjualan perbulan adalah 70 ekor
kambing.
|
a.
–
b.
Seharusnya jumlah kambing
ditambah minimal 20 ekor agar target penjualan perbulan dapat terpenuhi.
|
a. Bertambah populasinya. pada tahun 1994 mencapai 12,8 juta ekor dan pada
tahun 2008 meningkat mencapai 15,1 juta ekor kambing (Sarwono, 2008)
b. Jumlah kambing yang dipelihara harus lebih besar dari target penjualan
untuk setiap periode pemeliharaannya (Sarwono, 2008)
|
|
6
|
Sistem
Pemeliharaan :
a. Intensif
|
a. Dalam sistem pemeliharaan secara intensif merupakan cara pemeliharaan
yang optimal dalam usaha penggemukan karena pakan dioptimalkan menjadi
daging.
|
a. –
|
a.
Membersihkan
kotoran setiap hari, membersihkan tempat pakan dan minum dari kotoran,
menyiapkan pakan hijauan dan pakan penguat sesuai kebutuhan merupakan sistem
pemeliharaan secara intensif (Mulyono,2011)
|
|
7
|
Pakan
a. Bahan pakan :
- Daun
Gamal
- Ampas
Tahu
-Konsentrat wheat bran, sriboga.
b. Kandungan nutrisi :
-
Gamal
BK : 20,03%
PK : 25,55%
TDN :71,94%
-
Ampas Tahu
BK : 11,66%
PK : 24,95%
TDN :76,60%
-
Konsentrat Wheat Bran
Sriboga
BK : 90,76%
PK :12%
TDN : 65%
c. Pemberian pakan
-
Daun Gamal :
500 gram/ ekor/ hari
-
Ampas Tahu :
1000 gram/ ekor/ hari
-
Konsentrat wheat Bran
Sriboga:
500gram/ ekor/ hari
d.
Frekuensi pemberian pakan
-
Daun gamal:
1
x sehari, pukul 18.00 wib
-
Ampas tahu dan konsetrat
wheat bran Sriboga:
2x
sehari pukul 07.00 wib dan
13.00
e Evaluasi pakan
-
BK
Konsumsi :670,55 g
Kebutuhan : 730 g
-
PK
Konsumsi : 437,25 g
Kebutuhan : 81,52 g
-
TDN
Konsumsi : 1450,7 g
Kebutuhan : 552 g
|
a. Pakan yang diberikan sudah baik karena sudah terdiri dari hijauan dan
konsentrat.
b.
-
Daun
gamal yang dianalisis memiliki BK sebesar 20,30%, PK sebesar 25,55% dan TDN
sebesar 71,94%
-
Ampas
tahu memiliki kandungan BK sebesar 11,66%, PK sebesar 24,95 dan TDN sebesar
76,60%
-
Kandungan
konsentrat wheat Bran sebesar bk 90,76%, PK sebesar 12% dan TDN sebesar 65%.
c. Pemberian pakan sudah cukup untuk kebutuhan kambing, air minum hannya
diberikan dicampur dengan konsentrat dan ampas tahu. Pemberian pakan dapat
dilihat pada Lampiran 3.
d. Frekuensi pemberian pakan sudah baik
e. Pakan yang diberikan kekurangan Bahan kering sebesar 59,45 g BK,
kelebihan Protein kasar sebesar 355,73 g dan TDN sebesar 898,7 g.
|
a. –
b. –
c. Terlebih dahulu menghitung kebutuhan pakan kambing agar pakan yang
diberikan tidak berlebihan. Perlu disediakan air minum secara ad libitum.
d. –
e. Menyusun ransum dengan baik sehingga pakan yang diberikan pas dan tidak
menambah biaya pakan.
|
a. Pakan penggemukan kambing dapat berupa hijuan seperti daun gamal,
rumput gajah atau rumput gembala dan
konsentrat pabrik yang pemberiannya ditambah dengan sedikit air (Sarwono,
2008).
b.
-
Daun gamal memiliki
kandungan Bahan Kering sebesar 18,948%, Protein kasar sebesar 25,553% dan TDN
sebesar 71,938%(Sriyana,2005).
-
Ampas tahu memiliki
kandungan Bahan Kering sebesar 10,623%,Protein kasar sebesar 24,95 dan TDN
sebesar 76,603% (Sriyana, 2005).
-
c. Konsentrat diberikan kepada kambing sebesar 1 kg/hari, dimana pagi
hari diberi 0,5 kg dan 0,5 kg di waktu sore hari, sedangkan hijuan diberikan
secar ad libitum (Sarwono, 2008).
d. Konsentrat dapat diberikan pada kambing 2 kali sehari pukul 08.00 wib
dan 14.00 wib (Sarwono, 2008).
e. –
|
|
8
|
Performa Ternak
a. PBBH :
111 gram
b. FCR :
6,04
c. Efisiensi Pakan :
16,55%
d. FCG :
Rp.
15.454,-
|
a.
Pertambahan
bobot badan kambing Jawarandu sudah baik mendekati penelitian sebelumnya.
b.
FCR
sudah baik, karena FCR yang dimiliki oleh peternakan ini masih berada
dikisaran normal.
c.
Efiensi
pakan sudah baik, nilai efisiensi pakan masih dalam rentang yang normal.
d.
FCG
yang dimiliki sudah baik, hanya membutuhkan biaya yang rendah untuk menaikkan
1 kg bobot badan.
|
a.
–
b.
–
c.
–
d.
–
|
a. Pertambahan bobot badan kambing Jawarandu yang berumur 1 tahun dapat
mencapai 114gram/hari (Murdjito et al.,
2011).
b. FCR (Feed Convertion Ratio) yang baik untuk kambing yaitu 5,00 – 7,38,
semakin kecil nilai FCR maka semakin baik (Suparjo et al., 2008).
c. Efisiensi pakan kambing Jawarandu jantandapat mencapai 16,86% (Tahuk,
2008).
d. FCG (Feed Cost per Gain ) merupakan biaya yang diperlukan untuk menaikkan
1 kg bobot badan ternak, semakin kecil biaya yang dikeluarkan semakin baik, FCG
untuk kambing jawa randu adalah Rp. 16.645,21 (Tahuk, 2008).
|
|
9
|
Bakalan
a.
Jumlah awal ternak:
70 ekor
b.
Jenis kelamin :
Jantan
c.
Asal ternak :
Pasar Ambarawa
d.
Bangsa ternak :
Jawarandu
e.
Bobot awal :
Rata-rata 20kg
f.
Umur awal ternak :
Rata-rata 1 tahun
|
a. Jumlah ternak awal adalah 70 ekor kambing
b. Kambing utnuk usaha penggemukan yang baik adalah kambing dengan jenis
kelamin jantan
c. Asal ternak sudah baik, jarak antara peternakan dengan pasar hewan
dekat.
d. Peternakan ini sudah tepat memilih bangsa jawarandu untuk penggemukan
kambing, karena bangsa ini memiliki pertambahan bobot badan yang cukup
tinggi, dibandingkan dengan bangsa kambing yang lainnnya.
e. Memilih bobot badan 20 kg untuk bakalan kambing penggemukan sudah
tepat.
f. Pemilihan umur bibit tersebut tepat karena pada umur tersebut kambing
akan mengalami pertumbuhan yang baik, serta harga dari kambing tersebut lebih
murah.
|
a. –
b. –
c. –
d. –
e. –
f. –
|
a. –
b. Kambing jantan lebih cocok untuk dijadikan bakalan jika dibandingkan
dengan kambing betina, karena kmabing ajantan memiliki pertambahan bobot
badan yang lebih tinggi dan kambing betina diperlukan untuk perkembangbiakan
(Andoko dan Warsito, 2013).
c. Jarak antara peternakan dengan tempat pembelian ternak semakin dekat
semakin baik, karena dapat mengurangi biaya transportasi (Sarwono, 2008).
d.
Kambing Jawarandu memiliki bulu yang bervariasi mulai dari cokelat
muda dan hitam, pada kambing jantan memiliki bulu agak panjang dan agak
tebal, tinggi badan dapat mencapai 76 cm – 100 cm, bobot badan untuk kambing
jantan dapat mencapai 40 kg (Cahyono, 1998).
e. Rata-rata bobot badan awal yang digunakan sebagai bakalan kkambing
sebesar 15 - 25 kg, semakin besar bobot badan kambing semakin tinggi konsumsi
pakan dan biaya pakan yang akan dikeluarkan (Cahyono, 1998).
f. Umur yang tepat untuk bakalan kambing adalah kambing yang memiliki
umur rata-rata 8-10 bulan, karena pada umur ini kambing sangan responsive terhadap
pakan (Andoko dan Warsito, 2013).
|
|
10
|
Penyakit
a. Pengecekan
berkala: mengamati untuk mengetahui kesehatan ternak setiap hari
b. Riwayat
penyakit :
Kudis,
kembung, pilek
c. Pengobatan :
Kudis :
vetoxy la dengan dosis 1,5/2 ml
Pilek
.
d. Pencegahan
penyakit:
Tidak
ada
e. Recording
ternak:
Tidak
ada recording ternak
f. Penyakit
yang sering muncul: Pilek dan
kudis
|
a. Sudah bagus karena untuk mengetahui dan segera menangani ternak yang
mempunyai gejala akan sakit.
b. Penyakit kembung, pilek, dan kudis adalah penyakit yang umum pada
ternak kambing.
c. Pengobatan ternak yang sakit sudah baik,
ternak yang terkena kudis disuntik vetoxy.
d. Pencegahan penyakit kurang baik, sanitasi tidak dilakukan secara
maksimal.
e. Rekording tidak cukup baik, tidak ada pencatatan tentang produksi,
maupun riwayat penyakit.
f.
Keadaan
ternak sudah cukup baik, hanya penyakit pilek yang serinng muncul dan
menyerang kambing.
|
a.
–
b.
–
c.
–
d. Pencegahan penyakit perlu dilakukan sebelum ternak terjangkit suatu
penyakit.
e.
Sebaiknya dilakukan pencatatan penyakit ternak untuk mengetahui
riwayat penyakit yang diderita.
f.
Sebaiknya harus segera
dilakukan pengobatan sehingga performa ternak kembali baik dan tidak menulari
ternak lain.
|
a.
Perlu pengamatan secara
teliti, jika ada ternak yang sakit harus segera dipisahkan atau diisolasi
dengan ternak yang lain (Sarwono,
2008).
b.
Kudis merupakan penyakit
yang sering menyerang kambing yang disebabkan oleh tungau parasite Sarcopter
scabei, kambing yang terkena kudis mengalami gejala gatal-gatal, bulu rontok,
dan badannya semakin kurus (Sarwono, 2008).
c.
Kambing yang terkena kudis sebaiknya
segera dipisahkan dengan kambing yang lain dan diberi obat caviam deagn cara
mengoleskan pada bagian yang luka atau dapt menyuntikan obat vetoxy (Sarwono,
2008).
d.
Penyakit tidak
bisa dihindarkan namun dapat dilakukan pencegahan dan pengendalian terpadu
untuk meninimalisirnya. Penyakit dapat dicegah
dengan memperhatikan kesehatan kandang supaya selalu bersih (Syukur dan
Suharno, 2014). Pencegahan penyakit dapat dilakukan dengan
memperhatikan perkandangan yang baik misalnya ventilasi kandang, lantai
kandang juga kontak dengan sapi lain yang sakit dan orang yang sakit (Astiti, 2010).
e.
Silsilah dan riwayat kesehatan
ternak dapat diketahui dari catatan, tetapi hal ini jarang dilakukan oleh
peternak karena hanya sebatas mengingatnya (Setiawan, 2011).
f.
Ternak dapat terjangkit flu setelah
menempuh perjalanan karena daya tahan tubuh ternak menurun
(Setiawan, 2011).
|
|
11
|
Pengolahan Limbah
a. Jenis Limbah :
Kotoran
b. Pengolahan limbah:
Tidak ada
c. Cara pembuangan limbah:
Dibuang ke sawah setelah menumpuk beberapa bulan di
bawah kandang
d. Penjualan Limbah :
Dijual ke tetangga dengan harga Rp. 25.000,-/sak
|
a.
Limbah
yang ada sangat banyak dan kurang penanganan.
b. Limbah belum diolah, sehinggga dapat mencemari lingkungan.
c. Kotoran terlalu lama dibiarkan dikandang sebelum dibuang ke sawah
d. -
|
a. Feses yang banyak menumpuk dibawah kandang sebaiknya diolah agar lebih
bermanfaatkan misalnya diolah menjadi pupuk sehingga tidak mencemari
lingkungan.
b. Limbah sebaiknya diolah agar lebih bermanfaat dan tidak mencemari
lingkungan, misalnya dibuat pupuk atau biogas.
c. Sebaiknya kotoran kambing dikumpulkan ditempat yang agak jauh dari
kandang sebelum dibawa ke sawah, jangan dibiarkan dibawah kandang, karena
dapat mengganggu kesehatan ternak.
d. -
|
a.
Feses
yang dihasilkan ternak dapatdiolah menjadi pupuk dan biogas agar lebih
bermanfaat dan mengurangi pencemaran lingkungan (Sudiarto, 2008).
b.
Limbah hasil dari peternakan
dapat diolah menjadi pupuk agar lebih bermanfaat di bidang pertanian,
selainitu bisa juga diolah menjadi biogas (Sudiarto, 2008)
c.
Hasil
penguraian bahan organik limbah ternak yang dibuang dengan cara hanya
ditumpuk tanpa penanganan dapat menghasilakn gas yang menghasilkan bau dan berbahaya
bagi kesehatan manusia (Sudiarto, 2008).
d.
–
|
|
12
|
Pemasaran
a. Tempat
Penjualan :
Pembeli datang ke
peternakan, dan pasar Ambarawa.
b. Sarana
Promosi :
Dari mulut ke mulut
c. Harga jual :
Rp.2.500.000 per ekor
d. Bobot Jual :
30 kg
e. Umur jual :
1,5 – 2 tahun
f. Keuntungan
tiap ekor :
Rp. 700.000/ekor selama 3bulan
g. Cara
Pembayaran :
Tunai
h. Kendala
saat penjualan :
Penipuan, pembeli batal
membeli kambing
|
a. Tempat penjualan yang dilakukan sudah baik yaitu apabila ternak tidak
laku dibawa kepasar Ambarawa, namun pasar kurang luas.
b. Sarana promosi sangat tradisional, dan kurang maksimal.
c. Harga jual sudah cukup tinggi
d. Bobot jual kambing Jawarandu relatif rendah
e. Umur jual sudah baik
f. Keuntungan kurang tinggi
g. Cara pembayaran diperbanyak, lebih memudahkan pembeli.
h. Kurang teliti dan waspada saat mempercayai konsumen.
|
a. Tempat penjualan diperluas lagi misalnya di pasar hewan daerah lain
seperti Boyolali yang ada setiap hari pasaran pahing.
b. Promosi dapat dilakukan secara online dengan membuka website atau
membuat iklan diberbagai media social misalnya facebook, twitter, blog,
tokobagus dan media social lain yang banyak di akses oleh konsumen.
c. -
d. Seharusnya bobot jual kambing Jawarandu minimal dapat mencapai 34,02 kg
agar mendapatkan keuntungan yang semakin besar.
e. –
f. Keuntungan dapat ditingkatkan dengan memperbaiki pakan dan mencari
bahan pakan yang lebih murah, sehinggga biaya yang diperluakan dalam
pemeliharaan sedikit.
g. Cara pembayaran kredit atau dapat dikirim lewat rekening jadi lebih
memudahkan konsumen.
h. Janganmudah memepercayai orang, jika ada konsumen yang akan membeli
dengan jumlah yang banyak, sebaiknya
meminta jaminan uang misalnya 10% untuk menjamin bahwa konsumen akan tetap
membeli produk kita.
|
a.
–
b.
Promosi
merupakan hal yangs sangat penting dalam hal pemasaran produk, semakin banyak
dan luas promosi yang dilakukan maka penjualan produk akan semakin meningkat
(Mulyono, 2011).
c.
–
d.
Kambing
Jawarandu jantan dapat mencapai bobot badan sebesar 34,20 kg (Murtidjo, 2011).
e.
Umur
jual untuk kambing penggemukan antar 1,5 sampai 2,5 tahun (Setiawan, 2011).
f.
Untuk
meningkatkan keuntungan beberapa hal yang harus diperhatikan adalah menekan
biaya produksi seperti biaya pakan, karyawan dan biaya pembelian bibit
(Mulyono, 2011).
g.
–
h.
–
|
|
13
|
Analisis: Usaha
a.
ROI :
142%
b.
PP :
1 tahun 8 bulan
c.
BEP :
-
BEP Rupiah :
Rp. 1.800.000/ekor
-
BEP Unit :
36 ekor
|
a.
Perbandingan
antara laba bersih dengan pinjaman sebesar 142% sudah baik, karena nilai
sudah melebihi suku bunga yaitu 5%.
b.
Untuk
balik modal perusahaan ini membutuhkan waktu selama 1 tahun 8 bulan
c.
-
Harga
jual kambing Rp. 1.764.705,88/ekor agar perusahaan tidak untung maupun rugi
sudah baik.
-
Jumlah
kambing yang harus terjual agar peternakan tidak rugi maupun tidak untuk
sudah baik, dimana peternakan tersebeut harus menjual 36 ekor kambing.
|
a.
–
b.
–
c.
–
|
a. Return on Investment (ROI)
merupakan perbandingan laba bersih dan bunga pinjaman dengan modal sendiri
dan modal pinjaman(Zaharuddin, 2006).
b. Payback Period (waktu
balik modal) adalah waktu yang digunakan untuk mengembalikan uang yang sudah
diinvestasikan, semakin sedikit nilai PP semakin baik perusahaan tersebut (Rachmadi,
2007).
c.
- Break Event Point atau
biasa disebut BEP adalah merupakan keadaan yang menggambarkan suatu
perusahaan yang tidak memperoleh laba dan juga tidak menderita kerugian
(Wicaksono, 2007).
- Break Event Point
adalah suatu analisis yang bertujuan untuk menemukan satu titik, dalam unit
atau rupiah, yang menunjukkan biaya sama dengan pendapatan (Prasetya dan Fitri, 2009).
|
DAFTAR PUSTAKA
Andoko, A dan
Warsito. 2013. Beternak Kambing Unggul. Agromedia Pustaka, Jakarta.
Astiti, L.G.S. 2010.Petunjuk
Praktis Manajemen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit pada Ternak Sapi.
Kementrian Pertanian NTB, Mataram.
Danu, B. K dan Irmansah.
2009. Menghasilkan Kambing Peranakan Etawa Jawara Kontes. Agromedia Pustaka,
Jakarta.
Cahyono, B. 1998.Beternak
Kambing dan Domba. Kanisius, Yogyakarta.
Kusumastuti, T. A. 2012.
Kelayakan usaha ternak kambing menurut sistem pemeliharaan, bangsa, dan elevasi
di Yogyakarta.J.Sains Peternakan 10
(2).75-84.
Mulyono, S dan Sarwono. 2004.
Penggemukan Kambing Potong. Penebar Swadaya, Jakarta.
Mulyono, S.
2011. Teknik Pembibitan Kambing dan Domba. Penebar Swadaya, Jakarta.
Murtidjo, G., I. G. S.
Budisatria., Panjono., N. Ngadiyono dan E. Baliarti. 2011. Kinerja kambing
Bligon yang dipelihara peternak di desa Giri Sekar, Panggang, Gunungkidul.
Buletin Peternakan. 35 (2) :86-95.
Prasetya, H. dan Fitri, L. 2009.
Manajemen Operasi. Media Press,
Yogyakarta.
Rachmadi, B. N. 2007.
Membedah Tawaran Franchise Lokal
Indonesia. Gramedia Pustaka, Jakarta.
Sarwono, B. 2008. Beternak Kambing Unggul. Penebar Swadaya, Jakarta.
Setiawan, B. S. 2011. Beternak
Domba dan Kambing. PT. Agromedia Pustaka, Jakarta.
Sodiq, A dan Z.
Abidin.2008. Sukses Menggemukkan Domba. Agro Media Pustaka, Jakarta.
Sriyana, S. 2005. Analisis kandungan lemak kasar pada
pakan ternak dengan menggunakan bahan pengextrak bensin biasa yang
disuling.Prosiding Temu Teknis Nasional Tenaga Fungsional Pertanian.Balai
Penelitian Ternak. Pasuruaan.68-71.
Sudiarto,
B. 2008. Pengelolaan Limbah Peternakan Terpadu dan Agribisnis Yang Berwawasan
Lingkungan. Prosiding Seminar Teknologi Peternakan.Balai Besar
Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian. Bogor. 52 – 60.
Suparjo., K. G. Wiryaman, E.
B. Laconi dan D. Mangunwidjaja. 2011. Performa kambing yang diberi kulit kakao
terfermentasi. J. Media Peternakan. 34
(1). 35 – 41.
Syukur, A. danB. Suharno.2014. Bisnis Pembibitan
Kambing. Penebar Swadaya, Jakarta.
Tahuk, P. K. 2008. Kinerja kambing Bligon jantan pada
penggemukan dengan level protein kasar berbeda. Buletin Peternakan. 32 (2) : 121 – 135.
Wicaksono, Y. 2007.
Seri Solusi Bisnis Berbasis TI : Aplikasi Excel dalam Pengembalian Keputusan
Bisnis. Elex Media Komputindo, Jakarta
Zaharuddin, H. 2006.
Menggali Potensi Wirausaha. Dian Anugerah Prakasa. Bekasi.
LAMPIRAN
Lampiran 1. Perhitungan BK Pakan
Analisis Bahan Kering Daun Gamal
|
Loyang
|
Berat CP (g)
|
Berat Sampel sebelum dioven (g)
|
Berat CP + sampel setelah dioven (g)
|
|
1
2
|
4,276
4,232
|
1,003
1,004
|
4,473
4,437
|
KADaun gamal 1 =
=
=
=
80,36 %
KADaun Gamal 2 =
=
=
=
79,58 %
KA Rata-rata =
=
79,97%
Kadar BK Daun Gamal =
100 – KA rata-rata
=
100-79,97
=
20,03%
Lampiran 1.
(Lanjutan)
Analisis Bahan Kering Ampas Tahu
|
Loyang
|
Berat CP (g)
|
Berat Sampel sebelum dioven (g)
|
Berat CP + sampel setelah dioven (g)
|
|
1
2
|
4,765
4,882
|
1,008
1,007
|
4,887
4,995
|
KAAmpas Tahu 1 =
=
=
=
87,90 %
KAAmpas Tahu 2 =
=
=
=
88,78 %
KA Rata-rata =
=
88,34
%
Kadar BK Ampas tahu =
100 – KA rata-rata
=
100-88,34
=
11,66%
Lampiran 1.(Lanjutan)
Analisis Bahan Kering Konsentrat
|
Loyang
|
Berat CP (g)
|
Berat Sampel sebelum dioven (g)
|
Berat CP + sampel setelah dioven (g)
|
|
1
2
|
4,034
4,080
|
1,004
1,007
|
4,947
4,992
|
KAKonsentrat 1 =
=
=
=
9,06%
KAKonsentrat2 =
=
=
=
9,43 %
KA Rata-rata =
=
9,24
%
Kadar BK Konsentrat = 100 – KA rata-rata
=
100-9,24
=
90,76%
Lampiran 2. Perhitungan
Kebutuhan Bahan Kering (BK), Protein Kasar (PK), Total Digestible Nutrient(TDN)
BB awal =
20kg
BB akhir = 30 kg
BB
rata-rata =
25 kg
Lama
pemeliharaan = 90
hari
PBBH =
0,111kg = 111
g
Kebutuhan
Bahan Kering
(BK), Protein Kasar (PK), Total
Digestible Nutrient (TDN)
|
Bobot
Badan (kg)
|
Pertambahan
bobot badan (g)
|
Kebutuhan
BK (kg)
|
Kebutuhan
PK (g)
|
Kebutuhan
TDN (kg)
|
|
25
|
100
111
125
|
0,74
X
0,71
|
78
Y
86
|
0,51
Z
0,56
|
Sumber :Kearl, 1982.
Kebutuhan BK, PK dan TDN Pada BB 25
Kg dengan PBBH 111 gram.
Kebutuhan Bahan Kering (BK)
X = 0,73
kg
=
730g
Lampiran 2. (Lanjutan)
Kebutuhan PK
Y = 81,52g
Kebutuhan TDN
Z =
0,552kg
= 552g
Kebutuhan
Bahan Kering
(BK), Protein Kasar (PK), Total
Digestible Nutrient (TDN)
|
Bobot
Badan (kg)
|
Pertambahan
bobot badan (g)
|
Kebutuhan
BK (kg)
|
Kebutuhan
PK (g)
|
Kebutuhan
TDN (kg)
|
|
25
|
100
111
125
|
0,74
0,73
0,71
|
78
81,52
86
|
0,51
0,552
0,56
|
Lampiran 3. Perbandingan antara Konsumsi Pakan dan
Kebutuhan
Kandungan
Nutrisi Bahan Pakan
|
Bahan Pakan
|
Kandungan BK
|
Dalam 100% BK
|
|
|
(%)
|
Kandungan PK (%)
|
Kandungan TDN (%)
|
|
|
Daun Gamal
Ampas Tahu
Wheat bran
|
20,03*
11,66*
90,76*
|
25,55**
24,95**
12***
|
71,94**
76,60**
65***
|
*
Hasil Analisis Praktikum
** Hartadi, 1997
*** Sriboga, 2015
Konsumsi
|
Bahan Pakan
|
Konsumsi Segar (gram)
|
BK
(gram)
|
PK (gram)
|
TDN (gram)
|
|
Daun Gamal
|
500
|
500x 20,03% = 100,15
|
500 x 25,55%
= 127,75
|
500 x 71,94%
= 359,7
|
|
Ampas Tahu
|
1000
|
1000 x 11,66% = 116,6
|
1000 x 24,95% = 249,5
|
1000 x 76,60% = 766
|
|
Konsentrat
|
500
|
500 x 90,76%
= 453,8
|
500 x 12% = 60
|
500 x 65%
=325
|
|
Total
|
|
670,55
|
437,25
|
1450,7
|
Evaluasi Kecukupan Nutrisi
|
Parameter
|
BK
|
PK
|
TDN
|
|
Konsumsi
|
670,55 g
|
437,25
|
1450,7
|
|
Kebutuhan
|
730 g
|
81,52 g
|
552g
|
|
Evaluasi
|
- 59,45 g
|
+ 355,73 g
|
+898,7 g
|
Lampiran 4. Perhitungan Peforma Ternak
Feed Convesion Ratio (FCR)
Perhitungan
FCR =
=
= 6,04
Jadi untuk
menaikan 1 kg bobot badan membutuhkan BK pakan sebesar 6,04 kg.
Efisiensi Pakan
Efisiensi
Pakan =
=
=
16,55%
Jadi ternak
hanya mampu menyerap 16,55% pakan yang dikonsumsinya untuk menaikkan 1 kg bobot
badan
Feed Cost
per Gain (FCG)
Harga bahan
pakan/kg : a. Wheat bran = Rp. 3.400/kg
b. Daun hijauan = Rp.0 c. Ampas
Tahu = Rp. 250
Perhitungan
F\CG =
=
=
= 15.454,54
Jadi untuk
menaikkan 1 kg bobot badan membutuhkan biaya sebesar Rp. 15.454,54
Lampiran 5. Analisis Usaha Kambing Penggemukan Periode
3 Bulan
Daftar Investasi
|
No
|
Jenis biaya
|
Jumlah biaya
|
|
1.
2.
|
Bangunan kandang
Tanah
|
Rp. 8.000.000
Rp. 55.000.000
|
|
|
Total
investasi
|
Rp. 63.000.000
|
Daftar Penyusutan
|
No
|
Macam
|
Nilai awal
|
Nilai ekon
|
Nilai akhir
|
Penyusutan per tahun
|
Penyusutan per bulan
|
|
|
|
(Rp)
|
Thn
|
(Rp)
|
(Rp)
|
(Rp)
|
|
1
|
Kandang
|
8.000.000
|
5
|
0
|
1.600.000
|
133.333,33
|
|
|
Total
|
|
|
|
1.600.000
|
133.333,33
|
Rincian Biaya/3bulan
|
No
|
Jenis biaya
|
Jumlah biaya
|
|
1.
2.
3.
4.
5.
|
Pajak
Listrik
Air
Obat-obatan
Penyusutan
(3 x 133.333,33 = 399.999,99= 400.000)
|
Rp. 50.000
Rp. 150.000
Rp. –
Rp. 300.000
Rp.
400.000
|
|
|
Total
biaya tetap
|
Rp.900.000
|
Biaya Tidak
Tetap/3bulan
|
No
|
Jenis biaya
|
Jumlah biaya
|
|
1.
2.
3.
4.
|
Pakan
(0,5 x 3400) + (1 x 250) = Rp. 1950 /ekor/hari
70 ekor selama 3 bulan
= (70 x 1950 x 90 = Rp. 12.285.000)
Transportasi
Rp. 500.000/bulan
3 bulan = 3 x 500. 000 = Rp. 1.500.000
Gaji Karyawan
Rp. 1.200.000/bulan/orang
3 bulan = 3 x 1.200.000 = Rp.3.600.000
Kambing bakalan
Rp. 1.000.000/ekor
70 ekor = (70 x 1.000.000) = Rp. 70.000.000
|
Rp. 12.285.000
Rp. 1.500.000
Rp. 3.600.000
Rp 70.000.000
|
|
|
Total
biaya tidak tetap
|
Rp. 87.385.000
|
Biaya Produksi/3 bulan
|
No
|
Jenis biaya
|
Jumlah biaya
|
|
1
2
|
Biaya Tetap
Biaya Tidak Tetap
|
Rp. 900.000
Rp. 87.385.000
|
|
|
Total
biaya produksi
|
Rp. 88.285.000
|
Laporan Laba Rugi
Penjualan kambing /3bulan = Rp. 2.500.000 x 70 ekor
= Rp. 175.000.000
Penjualan feses/3bulan =
{(40 karung x 3 bulan) x Rp. 25.000}
=
Rp. 3.000.000
Total Penerimaan/3bulan = Rp. 175.000.000 + Rp. 3.000.000
=
Rp. 178.000.000
Pendapatan/3bulan = Penerimaan – Biaya Tidak Tetap
= Rp. 178.000.000 – 87.835.000
= Rp. 90.165.000
Laba/3bulan = Rp. 90.165.000
Pajak/tahun = 1%
x (Rp. 90.165.0000 x 4)
= 1% x Rp. 360.660.000
= Rp. 3.606.600
Pajak/3bulan = Rp.
3.606.600 x (3/12)
= Rp. 901.650
EBIT = Rp.
90.165.000
EBT = EBIT – Bunga
= Rp. 90.165.000 – 0
= Rp. 90.165.000
EAT = EBT – Pajak
= Rp. 90.165.000 – Rp. 901.650
= Rp. 89.263.350
Return On
Investment(ROI)
Investasi
= 63.000.000
= 141,69%
= 142
Jadi,
usaha peternakan penggemukan kambing
layak untuk diteruskan karena nilai ROI sebesar 142% dalam periode pengembalian modal
selama 3 bulan.
Payback Period
(PP) bila cash flowsama tiap tahun:
PP =
investasi x 1 tahun
89.263.350
x 4
= 0,18
= 1 tahun 8 bulan
Jadi perusahaan
membutuhkan waktu 1 tahun 8 bulan
untuk mengembalikan modal usaha (payback
period).
1 – Biaya Variabel/unit
= 900.000
= Rp. 1.800.000
Jadi perusahaan harus menjual kambing dengan harga Rp.
1.800.000/ekor agar perusahaan tidak mengalami kerugian maupun keuntungan.
BEP (Unit) =
=
= 35,31
ekor
Jadi perusahaan harus menjual 36ekor kambing agar perusahaan tidak mengalami kerugian
Lampiran 6.Lay
Out Perkandangan
|
A
|
|
G
|
|
F
|
|
E
|
|
D
|
|
H
|
|
J
|
|
I
|
|
C
|
|
B
|
|
Keterangan :
|
Lampiran 7. Dokumentasi
|
|
|
|
|
|
Kandang tampak dari jauh
|
Lantai kandang
|
Pembuangan limbah
|
Lantai bawah kandang
|
|
|
|
|
|
|
Ampas Tahu
|
Wheat bran
|
Foto bersama pemilik
|
Foto bersama pemilik
|
|
|
|
||
|
Kambing
|
Kambing
|
||
Tidak ada komentar:
Posting Komentar