Senin, 09 Mei 2016

LAPORAN PRAKTIKUM MANAJEMEN TERNAK POTONG DAN KERJA

LAPORAN PRAKTIKUM
MANAJEMEN TERNAK POTONG DAN KERJA
KOMODITAS : KAMBING
JENIS USAHA : PENGGEMUKAN
Supriyono
Desa: Krasak, Kecamatan: Bancak, Kabupaten: Semarang





Disusun oleh:
Kelompok IXA

Annisa Herawati                               23010113120016
Achmed Surya Suwarno                  23010113120019
Nunik Ita Varianti                            23010113120046
Impian H Siregar                              23010113130123



 











S-1 PETERNAKAN
FAKULTAS PETERNAKAN DAN PERTANIAN
UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2015
No
Aspek
Evaluasi
Solusi
Referensi
1
Profil dan Sejarah Peternakan

a.       Pemilik Peternakan :
Nama    : Bapak Supriyono
Umur    : 45 tahun

b.      Alamat                   :
Desa Krasak Rt/Rw:1/2,  Kecamatan Bancak, Kab. Semarang

c.       Bentuk perusahaan       :
Jenisusaha perseorangan

d.      Memulai usaha      :
Sejak tahun 2010


e.       Alasan memilih kambing :
Mudah dalam penanganan, modal tidak terlalu besar dan cepat untuk dijual, banyak diminati masyarakat.


f.       Jumlah ternak yang dipelihara pada awal pemeliharaan :
70 ekor.



g.      Tempat pertama kali merintis usaha :
Di Desa Krasak, rt/rw:1/2, Kecamatan Bancak,Kabupaten Semarang, tepatnya dibelakang rumah pemilik


h.      Jumlah pekerja :
1 orang, denganlatar belakang pendidikan terkhir SMP,  gaji Rp. 1.200.000,/bulan. Waktu kerja saat pemberian pakan pagi dan  siang, serta bertugas untuk mencari hijauan.

i.        Kendala usaha       :
Penyakit yang menyerang kambing dan modal




a.   



b.   




c.   


d.  



e.    Memilih ternak kambing sebagai usaha peternakan karena penanganan yang tidak terlalu susah, dan modal yang tidak besar namun cepat perputarannya.

f.      Dengan membeli 70 ekor kambing jantan dari pasar dan dipelihara sampai benar benar sesuai untuk dipasarkan kembali.

g.     Usaha peternakan penggemukankambing  pertama kali dimulai tepat dibelakang rumahnya.





h.    Jumlah pekerjanya sudah sesuai dengan yang dibutuhkan, karena pemilik ternak sendiri juga ikut melakukan pemeliharaan ini.



i.      Adanya kendala ini kurang baik karena dapat menghambat peningkatan jumlah ternak.


a.    



b.    




c.    


d.   



e.    






f.     





g.     Sanitasi kandang harus lebih ditingkatkan, dan feses dibuang jauh dari kandang, sehingga bau feses tidak masuk kedalam rumah dan tidak mengganggu tetangga di lingkungan sekitar rumah.


h.    







i.       Sebaiknya sanitasi lebih ditingkatkan agar kambing tidak mudah terserang penyakit, mudal dapat dilakukan dengancara peminjaman pada bakn dengan bungayang rendah.



a.   



b.   




c.   


d.  



e.    Beternak kambing sangat menjanjikan karena selain harga bakalan kambing terjangkau juga medah ditemui dan harga jualnya tinggi (Syukur dan Suharno, 2014).


f.     -





g.    Sanitasi kandang yang baik dilakukan minimal seminggu sekali, hal tersebut akan menjaga kandang tetap bersih dan menghindari bau gas amonia dari feses dan air kencing menyebar mencemari lingkungan sekitar peternakan (Cahyono. 1998).

h.   







i.      Kambing sangat rentan terhadap penyakit yang akan menyebabkan kerugian secara materi, penyakit ini dapat dicegah dengan cara menjaga ligkungan dan meningkatkan ketahanan tubuh ternak (Mulyono dan Sarwono, 2004).

2
Bentuk Topografi

a.    Suhu                       : ± 26ºC



b.    Kelembapan           : 62%



c.    Ketinggian             357 mdpl







d.   Batas-batas wilayah:
* Utara  : Kebun
* Selatan : Rumah warga
* Barat  : Rumah
* Timur  : Kebun


a.     Suhu ini sudah ideal untuk penggemukan kambing


b.     Kelembaban ini sudah ideal untuk usaha penggemukan kambing.

c.     Ketinggian tempat penggemukan kambing sudah baik yaitu sebesar 357 mdpl.





d.   Peternakan kurang baik, kandang masih dekat dengan pemukiman warga.




a.   



b.   



c.   







d.  



a.    Suhu ideal untuk penggemukan kambing adalah 17 – 260C (Sodiq dan Abidin, 2008).

b.    Kelembaban yang baik untuk usaha penggemukan kambing adalh 60-80% (Setiawan, 2011).

c.    Ketinggian ideal untuk penggemykan kambing adalah 100-500 mdpl, ketinggiantempat  sangat erat hubungannya dengan ketersediaan hijaua yang akan mempengaruhi pertumbuhan ternak tersebut (Kusumastuti, 2012).

d.   Kandang yang baik harus jauh dari pemukiman warga, agar tidak tergangggu dengan pencemaran limbah yang dihasilkan (Sarwono, 2008).
3
Perkandangan
a.    Luas lahan kandang:
120 m2



b.    Jumlah kandang     :
1



c.    Tipe kandang         :
Panggung, head to head








d.   Kapasitas kandang:
70 ekor





a.    Luas kandang terlalu luas dengan jumlah kambing yang tersedia


b. Jumlah kandang satu sudah cukup. Jumlah ternak dengan luas kandang yang ada tidak memadai

c. Tipe ini kandang panggung baik, sanitasi mudah, tipe head to head, pemberian pakannya mudah.






e.    Kapasitas kandang belum terpenuhi, jumlah kambing terlalu sedikit jika dibandingkan dengan luas kandang.



a.     Sebaiknya jumlah kambing ditambah lagi 10 ekor kambing, agar luas kandang tidak terlalu luas.

b.     Jumlah kandang ditambah agar ternak yang dipelihara merasa nyaman.


c.    









d.    Untuk memenuhi kapasitas kandang seharusnya jumlah kambing ditambah lagi dengan 10 ekor kambing..




a.     Ukuran kandang kambing dewasa untuk penggemukan adalah 1x1,5 m untuk satu ekor kambing (Sarwono, 2008).

b.     Jumlah kandang harus sesuai dengan jumlah ternak yang ada (Sarwono, 2008).


c.     Penggemukan kambing biasanya menggunakan kandang tipe panggung, karena kandang tipe ini adalah lebih bersih dan kering, kotoran dan urin langsung lolos kebawah melewati celah-celah lantai, kambing terbebas dari penyakit kulit, kuku dan cacingan (Andoko dan Warsito, 2013).

d.    Kapasitas kandang harus dipenuhi agar peternakan lebih efisien, setiap satu ekor kambing dewasa dalam usaha penggemukan membutuhkan kandang seluas 1,5 m2 (Sarwono, 2008).
4.
Bahan kandang:
a.    Atap           : Genteng






b.    Lantai         : Bambu









c.    Dinding      :Bambu




a.    Bahan atap yang digunakan sudah baik, yaitu genteng. Genteng mampu memantulkan panas sehingga suhu dalam kandang tidak terlalu panas.

b.    Bahan Lantai yang digunakan sudah baik, kuat dan kokoh, namun banyak yang berlubang dan membahayakan ternak.




c.    Bahan kandang yang digunakan sudah baik, kuat menopang ternak dan tahan lama.

a.   






b.    Sebaiknya lantai yang sudah renggang atau ada yang bolong segera ditambal denga bambu yang baru agar ternak tidak terperosok





c.   


a.    Atap kandang bisa terbuat dari jerami, genteg, asbes dan lain-lain, genteng dan asbes bahan yang paling baik selain tahan lamajuga tidak menimbulkan pasnas (Cahyono, 1998).

b.    Untuk kandang panggung Kelebihannya  antaralain kandang bersih, mudah dibersihkan dan sirkulasi udara lancar, namun kelemahannya adalah jarak antar kayu pada lantai yang terlalu lebar atau banyak lubang akan membuat kambing terperosok dan kakinya patah (Danu dan Irmansah, 2009).

c.    Dinding pada kandang panggung biasanya terbuat dari bamboo, dinding harus kuat menahan beban dari kambing (Cahyono, 1998).
5
Populasi Ternak
a.    Jumlah ternak awal       :
70 ekor





b.    Jumlah ternak saat ini       :
53 ekor





a.    Jumlah ternak awal sudah baik, semakin banyak jumlah awal ternak semakin baik agar untung yang diperoleh semakin banyak juga.


b.    Jumlah ini kurang, karena target penjualan perbulan adalah 70 ekor kambing.


a.    






b.     Seharusnya jumlah kambing ditambah minimal 20 ekor agar target penjualan perbulan dapat terpenuhi.

a.     Bertambah populasinya. pada tahun 1994 mencapai 12,8 juta ekor dan pada tahun 2008 meningkat mencapai 15,1 juta ekor kambing (Sarwono, 2008)


b.     Jumlah kambing yang dipelihara harus lebih besar dari target penjualan untuk setiap periode pemeliharaannya (Sarwono, 2008)

6
Sistem Pemeliharaan          :
a.    Intensif


a.    Dalam sistem pemeliharaan secara intensif merupakan cara pemeliharaan yang optimal dalam usaha penggemukan karena pakan dioptimalkan menjadi daging.

a.    


a.     Membersihkan kotoran setiap hari, membersihkan tempat pakan dan minum dari kotoran, menyiapkan pakan hijauan dan pakan penguat sesuai kebutuhan merupakan sistem pemeliharaan secara intensif (Mulyono,2011)
7
Pakan
a.    Bahan pakan          :
- Daun Gamal
- Ampas Tahu
     -Konsentrat wheat bran, sriboga.


b.    Kandungan nutrisi :
-          Gamal             
BK       : 20,03%
PK        : 25,55%
TDN     :71,94%



-          Ampas Tahu   
BK       : 11,66%
PK        : 24,95%
TDN     :76,60%



-          Konsentrat Wheat Bran Sriboga  
BK       : 90,76%
PK        :12%
TDN     : 65%
c.    Pemberian pakan
-          Daun Gamal :
500 gram/ ekor/ hari
-          Ampas Tahu :
1000 gram/ ekor/ hari
-          Konsentrat wheat Bran Sriboga:
500gram/ ekor/ hari

d.      Frekuensi pemberian pakan
-          Daun gamal:
1        x sehari, pukul 18.00 wib
-          Ampas tahu dan konsetrat wheat bran Sriboga:
            2x sehari pukul 07.00 wib                    dan 13.00

e Evaluasi pakan
-          BK
Konsumsi :670,55 g
Kebutuhan       : 730 g
-          PK
Konsumsi         : 437,25 g
Kebutuhan       : 81,52 g
-          TDN
Konsumsi         : 1450,7 g
Kebutuhan       : 552 g

a.    Pakan yang diberikan sudah baik karena sudah terdiri dari hijauan dan konsentrat.




b.     
-          Daun gamal yang dianalisis memiliki BK sebesar 20,30%, PK sebesar 25,55% dan TDN sebesar 71,94%


-          Ampas tahu memiliki kandungan BK sebesar 11,66%, PK sebesar 24,95 dan TDN sebesar 76,60%


-          Kandungan konsentrat wheat Bran sebesar bk 90,76%, PK sebesar 12% dan TDN sebesar 65%.

c.    Pemberian pakan sudah cukup untuk kebutuhan kambing, air minum hannya diberikan dicampur dengan konsentrat dan ampas tahu. Pemberian pakan dapat dilihat pada Lampiran 3.


d.   Frekuensi pemberian pakan sudah baik







e.    Pakan yang diberikan kekurangan Bahan kering sebesar 59,45 g BK, kelebihan Protein kasar sebesar 355,73 g dan TDN sebesar 898,7 g.


a.   






b.   



















c.    Terlebih dahulu menghitung kebutuhan pakan kambing agar pakan yang diberikan tidak berlebihan. Perlu disediakan air minum secara ad libitum.



d.  








e.    Menyusun ransum dengan baik sehingga pakan yang diberikan pas dan tidak menambah biaya pakan.


a.    Pakan penggemukan kambing dapat berupa hijuan seperti daun gamal, rumput gajah atau rumput gembala  dan konsentrat pabrik yang pemberiannya ditambah dengan sedikit air (Sarwono, 2008).

b.     
-          Daun gamal memiliki kandungan Bahan Kering sebesar 18,948%, Protein kasar sebesar 25,553% dan TDN sebesar 71,938%(Sriyana,2005).


-          Ampas tahu memiliki kandungan Bahan Kering sebesar 10,623%,Protein kasar sebesar 24,95 dan TDN sebesar 76,603% (Sriyana, 2005).

-           




c.    Konsentrat diberikan kepada kambing sebesar 1 kg/hari, dimana pagi hari diberi 0,5 kg dan 0,5 kg di waktu sore hari, sedangkan hijuan diberikan secar ad libitum (Sarwono, 2008).



d.   Konsentrat dapat diberikan pada kambing 2 kali sehari pukul 08.00 wib dan 14.00 wib (Sarwono, 2008).






e.   

8
Performa Ternak
a.    PBBH        :
111 gram





b.    FCR           :
6,04



c.    Efisiensi Pakan      :
16,55%



d.   FCG           :
Rp. 15.454,-

a.    Pertambahan bobot badan kambing Jawarandu sudah baik mendekati penelitian sebelumnya.



b.    FCR sudah baik, karena FCR yang dimiliki oleh peternakan ini masih berada dikisaran normal.

c.    Efiensi pakan sudah baik, nilai efisiensi pakan masih dalam rentang yang normal.


d.      FCG yang dimiliki sudah baik, hanya membutuhkan biaya yang rendah untuk menaikkan 1 kg bobot badan.


a.   






b.   




c.   




d.  


a.    Pertambahan bobot badan kambing Jawarandu yang berumur 1 tahun dapat mencapai 114gram/hari (Murdjito et al., 2011).



b.    FCR (Feed Convertion Ratio) yang baik untuk kambing yaitu 5,00 – 7,38, semakin kecil nilai FCR maka semakin baik (Suparjo et al., 2008).

c.    Efisiensi pakan kambing Jawarandu jantandapat mencapai 16,86% (Tahuk, 2008).


d.   FCG (Feed Cost per Gain ) merupakan biaya yang diperlukan untuk menaikkan 1 kg bobot badan ternak, semakin kecil biaya yang dikeluarkan semakin baik, FCG untuk kambing jawa randu adalah Rp. 16.645,21 (Tahuk, 2008).
9
Bakalan
a.    Jumlah awal ternak:
70 ekor


b.    Jenis kelamin          :
Jantan







c.    Asal ternak             :
Pasar Ambarawa



d.   Bangsa ternak        :
Jawarandu







e.    Bobot awal                   :
Rata-rata 20kg






f.     Umur awal ternak  :
Rata-rata 1 tahun



a.    Jumlah ternak awal adalah 70 ekor kambing


b.    Kambing utnuk usaha penggemukan yang baik adalah kambing dengan jenis kelamin jantan





c.    Asal ternak sudah baik, jarak antara peternakan dengan pasar hewan dekat.


d.   Peternakan ini sudah tepat memilih bangsa jawarandu untuk penggemukan kambing, karena bangsa ini memiliki pertambahan bobot badan yang cukup tinggi, dibandingkan dengan bangsa kambing yang lainnnya.

e.    Memilih bobot badan 20 kg untuk bakalan kambing penggemukan sudah tepat.





f.     Pemilihan umur bibit tersebut tepat karena pada umur tersebut kambing akan mengalami pertumbuhan yang baik, serta harga dari kambing tersebut lebih murah.

a.    



b.    








c.    




d.   








e.    







f.     







a.    



b.     Kambing jantan lebih cocok untuk dijadikan bakalan jika dibandingkan dengan kambing betina, karena kmabing ajantan memiliki pertambahan bobot badan yang lebih tinggi dan kambing betina diperlukan untuk perkembangbiakan (Andoko dan Warsito, 2013).

c.     Jarak antara peternakan dengan tempat pembelian ternak semakin dekat semakin baik, karena dapat mengurangi biaya transportasi (Sarwono, 2008).
d.    Kambing Jawarandu memiliki bulu yang bervariasi mulai dari cokelat muda dan hitam, pada kambing jantan memiliki bulu agak panjang dan agak tebal, tinggi badan dapat mencapai 76 cm – 100 cm, bobot badan untuk kambing jantan dapat mencapai 40 kg (Cahyono, 1998).

e.     Rata-rata bobot badan awal yang digunakan sebagai bakalan kkambing sebesar 15 - 25 kg, semakin besar bobot badan kambing semakin tinggi konsumsi pakan dan biaya pakan yang akan dikeluarkan (Cahyono, 1998).

f.      Umur yang tepat untuk bakalan kambing adalah kambing yang memiliki umur rata-rata 8-10 bulan, karena pada umur ini kambing sangan responsive terhadap pakan (Andoko dan Warsito, 2013).

10
Penyakit

a.    Pengecekan berkala: mengamati untuk mengetahui kesehatan ternak setiap hari


b.    Riwayat penyakit   :
Kudis, kembung, pilek







c.    Pengobatan                   :
Kudis : vetoxy la dengan dosis 1,5/2 ml
Pilek
.



d.   Pencegahan penyakit:
Tidak ada













e.    Recording ternak:
Tidak ada recording ternak





f.     Penyakit yang sering muncul: Pilek dan kudis


a.    Sudah bagus karena untuk mengetahui dan segera menangani ternak yang mempunyai gejala akan sakit.

b.    Penyakit kembung, pilek, dan kudis adalah penyakit yang umum pada ternak kambing.






c.    Pengobatan ternak yang sakit sudah baik, ternak yang terkena kudis disuntik vetoxy.




d.   Pencegahan penyakit kurang baik, sanitasi tidak dilakukan secara maksimal.












e.    Rekording tidak cukup baik, tidak ada pencatatan tentang produksi, maupun riwayat penyakit.



f.     Keadaan ternak sudah cukup baik, hanya penyakit pilek yang serinng muncul dan menyerang kambing.



a.    




b.    








c.   







d.    Pencegahan penyakit perlu dilakukan sebelum ternak terjangkit suatu penyakit.












e.     Sebaiknya dilakukan  pencatatan penyakit ternak untuk mengetahui riwayat penyakit yang diderita.



f.      Sebaiknya harus segera dilakukan pengobatan sehingga performa ternak kembali baik dan tidak menulari ternak lain.


a.    Perlu pengamatan secara teliti, jika ada ternak yang sakit harus segera dipisahkan atau diisolasi dengan  ternak yang lain (Sarwono, 2008).

b.    Kudis merupakan penyakit yang sering menyerang kambing yang disebabkan oleh tungau parasite Sarcopter scabei, kambing yang terkena kudis mengalami gejala gatal-gatal, bulu rontok, dan badannya semakin kurus (Sarwono, 2008).

c.    Kambing yang terkena kudis sebaiknya segera dipisahkan dengan kambing yang lain dan diberi obat caviam deagn cara mengoleskan pada bagian yang luka atau dapt menyuntikan obat vetoxy (Sarwono, 2008).

d.   Penyakit tidak bisa dihindarkan namun dapat dilakukan pencegahan dan pengendalian terpadu untuk meninimalisirnya. Penyakit dapat dicegah dengan memperhatikan kesehatan kandang supaya selalu bersih (Syukur dan Suharno, 2014). Pencegahan penyakit dapat dilakukan dengan memperhatikan perkandangan yang baik misalnya ventilasi kandang, lantai kandang juga kontak dengan sapi lain yang sakit dan orang yang sakit (Astiti, 2010).

e.     Silsilah dan riwayat kesehatan ternak dapat diketahui dari catatan, tetapi hal ini jarang dilakukan oleh peternak karena hanya sebatas mengingatnya (Setiawan, 2011).


f.      Ternak dapat terjangkit flu setelah menempuh perjalanan karena daya tahan tubuh ternak menurun (Setiawan, 2011).
11
Pengolahan Limbah
a.    Jenis Limbah          :
Kotoran






b.    Pengolahan limbah:
Tidak ada




c.    Cara pembuangan limbah:
Dibuang ke sawah setelah menumpuk beberapa bulan di bawah kandang





d.   Penjualan Limbah :
Dijual ke tetangga dengan harga Rp. 25.000,-/sak

a.    Limbah yang ada sangat banyak dan kurang penanganan.





b.    Limbah belum diolah, sehinggga dapat mencemari lingkungan.



c.    Kotoran terlalu lama dibiarkan dikandang sebelum dibuang ke sawah






d.   -


a.     Feses yang banyak menumpuk dibawah kandang sebaiknya diolah agar lebih bermanfaatkan misalnya diolah menjadi pupuk sehingga tidak mencemari lingkungan.

b.     Limbah sebaiknya diolah agar lebih bermanfaat dan tidak mencemari lingkungan, misalnya dibuat pupuk atau biogas.

c.     Sebaiknya kotoran kambing dikumpulkan ditempat yang agak jauh dari kandang sebelum dibawa ke sawah, jangan dibiarkan dibawah kandang, karena dapat mengganggu kesehatan ternak.

d.    -


a.     Feses yang dihasilkan ternak dapatdiolah menjadi pupuk dan biogas agar lebih bermanfaat dan mengurangi pencemaran lingkungan (Sudiarto, 2008).



b.     Limbah hasil dari peternakan dapat diolah menjadi pupuk agar lebih bermanfaat di bidang pertanian, selainitu bisa juga diolah menjadi biogas (Sudiarto, 2008)

c.     Hasil penguraian bahan organik limbah ternak yang dibuang dengan cara hanya ditumpuk tanpa penanganan dapat menghasilakn gas yang menghasilkan bau dan berbahaya bagi kesehatan manusia (Sudiarto, 2008).


d.   

12
Pemasaran
a.    Tempat Penjualan  :
Pembeli datang ke peternakan, dan pasar Ambarawa.


b.    Sarana Promosi      :
Dari mulut ke mulut








c.    Harga jual              :
Rp.2.500.000 per ekor

d.   Bobot Jual              :
30 kg





e.    Umur jual               :
1,5 – 2 tahun


f.     Keuntungan tiap ekor       :
Rp. 700.000/ekor selama 3bulan






g.    Cara Pembayaran          :
Tunai


h.    Kendala saat penjualan       :
Penipuan, pembeli batal membeli kambing



a.    Tempat penjualan yang dilakukan sudah baik yaitu apabila ternak tidak laku dibawa kepasar Ambarawa, namun pasar kurang luas.
b.    Sarana promosi sangat tradisional, dan kurang maksimal.







c.    Harga jual sudah cukup tinggi

d.   Bobot jual kambing Jawarandu relatif rendah





e.    Umur jual sudah baik



f.     Keuntungan kurang tinggi







g.     Cara pembayaran diperbanyak, lebih memudahkan pembeli.

h.    Kurang teliti dan waspada saat mempercayai konsumen.

a.     Tempat penjualan diperluas lagi misalnya di pasar hewan daerah lain seperti Boyolali yang ada setiap hari pasaran pahing.
b.     Promosi dapat dilakukan secara online dengan membuka website atau membuat iklan diberbagai media social misalnya facebook, twitter, blog, tokobagus dan media social lain yang banyak di akses oleh konsumen.

c.     -


d.    Seharusnya bobot jual kambing Jawarandu minimal dapat mencapai 34,02 kg agar mendapatkan keuntungan yang semakin besar. 

e.    



f.      Keuntungan dapat ditingkatkan dengan memperbaiki pakan dan mencari bahan pakan yang lebih murah, sehinggga biaya yang diperluakan dalam pemeliharaan sedikit.

g.     Cara pembayaran kredit atau dapat dikirim lewat rekening jadi lebih memudahkan konsumen.
h.     Janganmudah memepercayai orang, jika ada konsumen yang akan membeli dengan jumlah yang banyak,  sebaiknya meminta jaminan uang misalnya 10% untuk menjamin bahwa konsumen akan tetap membeli produk kita.

a.    




b.     Promosi merupakan hal yangs sangat penting dalam hal pemasaran produk, semakin banyak dan luas promosi yang dilakukan maka penjualan produk akan semakin meningkat (Mulyono, 2011).




c.    


d.    Kambing Jawarandu jantan dapat mencapai bobot badan sebesar 34,20 kg (Murtidjo, 2011).




e.     Umur jual untuk kambing penggemukan antar 1,5 sampai 2,5 tahun (Setiawan, 2011).

f.      Untuk meningkatkan keuntungan beberapa hal yang harus diperhatikan adalah menekan biaya produksi seperti biaya pakan, karyawan dan biaya pembelian bibit (Mulyono, 2011).

g.   



h.    








13
Analisis: Usaha
a.    ROI            :
142%





b.    PP              :
1 tahun 8 bulan





c.    BEP                       :
-          BEP Rupiah    :
            Rp. 1.800.000/ekor






-          BEP Unit        :
36 ekor



a.    Perbandingan antara laba bersih dengan pinjaman sebesar 142% sudah baik, karena nilai sudah melebihi suku bunga yaitu 5%.


b.    Untuk balik modal perusahaan ini membutuhkan waktu selama 1 tahun 8 bulan




c.     
-       Harga jual kambing Rp. 1.764.705,88/ekor agar perusahaan tidak untung maupun rugi sudah baik.




-       Jumlah kambing yang harus terjual agar peternakan tidak rugi maupun tidak untuk sudah baik, dimana peternakan tersebeut harus menjual 36 ekor kambing.


a.   






b.   






c.   


a.    Return on Investment (ROI) merupakan perbandingan laba bersih dan bunga pinjaman dengan modal sendiri dan modal pinjaman(Zaharuddin, 2006).


b.    Payback Period (waktu balik modal) adalah waktu yang digunakan untuk mengembalikan uang yang sudah diinvestasikan, semakin sedikit nilai PP semakin baik perusahaan tersebut (Rachmadi, 2007).

c.     
-       Break Event Point atau biasa disebut BEP adalah merupakan keadaan yang menggambarkan suatu perusahaan yang tidak memperoleh laba dan juga tidak menderita kerugian (Wicaksono, 2007).

-       Break Event Point adalah suatu analisis yang bertujuan untuk menemukan satu titik, dalam unit atau rupiah, yang menunjukkan biaya sama dengan pendapatan (Prasetya dan Fitri, 2009).




DAFTAR PUSTAKA

Andoko, A dan Warsito. 2013. Beternak Kambing Unggul. Agromedia Pustaka, Jakarta.
Astiti, L.G.S. 2010.Petunjuk Praktis Manajemen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit pada Ternak Sapi. Kementrian Pertanian NTB, Mataram.
Danu, B. K dan Irmansah. 2009. Menghasilkan Kambing Peranakan Etawa Jawara Kontes. Agromedia Pustaka, Jakarta.
Cahyono, B. 1998.Beternak Kambing dan Domba. Kanisius, Yogyakarta.
Kusumastuti, T. A. 2012. Kelayakan usaha ternak kambing menurut sistem pemeliharaan, bangsa, dan elevasi di Yogyakarta.J.Sains Peternakan 10 (2).75-84.

Mulyono, S dan Sarwono. 2004. Penggemukan Kambing Potong. Penebar Swadaya, Jakarta.
Mulyono, S. 2011. Teknik Pembibitan Kambing dan Domba. Penebar Swadaya, Jakarta.
Murtidjo, G., I. G. S. Budisatria., Panjono., N. Ngadiyono dan E. Baliarti. 2011. Kinerja kambing Bligon yang dipelihara peternak di desa Giri Sekar, Panggang, Gunungkidul. Buletin Peternakan. 35 (2) :86-95.

Prasetya, H. dan Fitri, L. 2009. Manajemen Operasi. Media Press, Yogyakarta.
Rachmadi, B. N. 2007. Membedah Tawaran Franchise Lokal Indonesia. Gramedia Pustaka, Jakarta.
Sarwono, B. 2008. Beternak Kambing Unggul. Penebar Swadaya, Jakarta.
Setiawan, B. S. 2011. Beternak Domba dan Kambing. PT. Agromedia Pustaka, Jakarta.
Sodiq, A dan Z. Abidin.2008. Sukses Menggemukkan Domba. Agro Media Pustaka, Jakarta.
Sriyana, S. 2005. Analisis kandungan lemak kasar pada pakan ternak dengan menggunakan bahan pengextrak bensin biasa yang disuling.Prosiding Temu Teknis Nasional Tenaga Fungsional Pertanian.Balai Penelitian Ternak. Pasuruaan.68-71.

Sudiarto, B. 2008. Pengelolaan Limbah Peternakan Terpadu dan Agribisnis Yang Berwawasan Lingkungan. Prosiding Seminar Teknologi Peternakan.Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian. Bogor. 52 – 60.
                
Suparjo., K. G. Wiryaman, E. B. Laconi dan D. Mangunwidjaja. 2011. Performa kambing yang diberi kulit kakao terfermentasi. J. Media Peternakan. 34 (1). 35 – 41.
Syukur, A.  danB. Suharno.2014. Bisnis Pembibitan Kambing. Penebar Swadaya, Jakarta.
Tahuk, P. K. 2008. Kinerja kambing Bligon jantan pada penggemukan dengan level protein kasar berbeda. Buletin Peternakan. 32 (2) : 121 – 135.

Wicaksono, Y. 2007. Seri Solusi Bisnis Berbasis TI : Aplikasi Excel dalam Pengembalian Keputusan Bisnis. Elex Media Komputindo, Jakarta
Zaharuddin, H. 2006. Menggali Potensi Wirausaha. Dian Anugerah Prakasa. Bekasi.














LAMPIRAN
Lampiran 1. Perhitungan BK Pakan
Analisis Bahan Kering Daun Gamal
Loyang
Berat CP (g)
Berat Sampel sebelum dioven (g)
Berat CP + sampel setelah dioven (g)
1
2
4,276
4,232
1,003
1,004
4,473
4,437

KADaun gamal  1      
                        =
                                                            =
                                                            =
                                                            = 80,36 %
KADaun Gamal 2                               =
                                                            =
                                                            =
                                                            = 79,58 %
KA Rata-rata                                      =
                                                            =  79,97%
Kadar BK Daun Gamal                      = 100 – KA rata-rata
                                                            = 100-79,97
                                                            = 20,03%
Lampiran 1. (Lanjutan)

Analisis Bahan Kering Ampas Tahu
Loyang
Berat CP (g)
Berat Sampel sebelum dioven (g)
Berat CP + sampel setelah dioven (g)
1
2
4,765
4,882
1,008
1,007
4,887
4,995

KAAmpas Tahu 1      
                        =
                                                            =
                                                            =
                                                            = 87,90 %
KAAmpas Tahu 2                               =
                                                            =
                                                            =
                                                            = 88,78 %

KA Rata-rata                                      =
                                                            =  88,34 %
Kadar BK Ampas tahu                       = 100 – KA rata-rata
                                                            = 100-88,34
                                                            = 11,66%
Lampiran 1.(Lanjutan)

Analisis Bahan Kering Konsentrat
Loyang
Berat CP (g)
Berat Sampel sebelum dioven (g)
Berat CP + sampel setelah dioven (g)
1
2
4,034
4,080
1,004
1,007
4,947
4,992

KAKonsentrat 1        
                        =
                                                            =
                                                            =
                                                            = 9,06%
KAKonsentrat2                                  =
                                                            =
                                                            =
                                                            = 9,43 %

KA Rata-rata                                      =
                                                            =  9,24 %
Kadar BK Konsentrat                         = 100 – KA rata-rata
                                                            = 100-9,24
                                                            = 90,76%
                                                                                    
Lampiran 2. Perhitungan Kebutuhan Bahan Kering (BK), Protein Kasar (PK), Total Digestible Nutrient(TDN)
BB awal                      = 20kg
BB akhir                      = 30 kg
BB rata-rata                =  25 kg
Lama pemeliharaan     =  90 hari
PBBH                         = 0,111kg = 111 g
Kebutuhan Bahan Kering (BK), Protein Kasar  (PK), Total Digestible Nutrient (TDN)
Bobot Badan (kg)
Pertambahan bobot badan (g)
Kebutuhan BK (kg)
Kebutuhan PK (g)
Kebutuhan TDN (kg)
25
100
111
125
0,74
X
0,71
78
Y
86
0,51
Z
0,56
Sumber :Kearl, 1982.
Kebutuhan BK, PK dan TDN Pada BB 25 Kg dengan PBBH 111 gram.
Kebutuhan Bahan Kering (BK)

=
=         
        =     
 X        = 0,73 kg
            = 730g

Lampiran 2. (Lanjutan)
Kebutuhan PK

=
=   
       =        
 Y        = 81,52g         

Kebutuhan TDN

=
=       
       =      
Z          = 0,552kg
            = 552g

Kebutuhan Bahan Kering (BK), Protein Kasar  (PK), Total Digestible Nutrient (TDN)
Bobot Badan (kg)
Pertambahan bobot badan (g)
Kebutuhan BK (kg)
Kebutuhan PK (g)
Kebutuhan TDN (kg)
25
100
111
125
0,74
0,73
0,71
78
81,52
86
0,51
0,552
0,56


Lampiran 3. Perbandingan antara Konsumsi Pakan dan Kebutuhan
Kandungan Nutrisi Bahan Pakan
Bahan Pakan
Kandungan BK
Dalam 100% BK
(%)
Kandungan PK (%)
Kandungan TDN (%)
Daun Gamal
Ampas Tahu
Wheat bran
20,03*
11,66*
90,76*
25,55**
24,95**
12***
71,94**
76,60**
65***
*   Hasil Analisis Praktikum
** Hartadi, 1997
*** Sriboga, 2015

Konsumsi
Bahan Pakan
Konsumsi Segar (gram)
BK
(gram)
PK (gram)
TDN (gram)
Daun Gamal
500
500x 20,03% = 100,15
500 x 25,55%    = 127,75
500 x 71,94%     = 359,7
Ampas Tahu
1000
1000 x 11,66% = 116,6
1000 x 24,95% = 249,5
1000 x 76,60% = 766
Konsentrat
500
500 x 90,76%   = 453,8
500 x 12%   = 60
500 x 65%       =325
Total

670,55
437,25
1450,7

Evaluasi Kecukupan Nutrisi
Parameter
BK
PK
TDN
Konsumsi
670,55 g
437,25
1450,7
Kebutuhan
730 g
81,52 g
552g
Evaluasi
-  59,45 g
+ 355,73 g
+898,7 g





Lampiran 4. Perhitungan Peforma Ternak

Feed Convesion Ratio (FCR)
Perhitungan FCR        =
=
= 6,04

Jadi untuk menaikan 1 kg bobot badan membutuhkan BK pakan sebesar 6,04 kg.

Efisiensi Pakan
Efisiensi Pakan            =
=
= 16,55%

Jadi ternak hanya mampu menyerap 16,55% pakan yang dikonsumsinya untuk menaikkan 1 kg bobot badan

Feed Cost per Gain (FCG)
Harga bahan pakan/kg : a. Wheat bran = Rp. 3.400/kg  b. Daun hijauan = Rp.0  c. Ampas Tahu = Rp. 250 

Perhitungan F\CG      =
                                    =
=
                                    = 15.454,54

Jadi untuk menaikkan 1 kg bobot badan membutuhkan biaya sebesar Rp. 15.454,54

Lampiran 5. Analisis Usaha Kambing Penggemukan Periode 3 Bulan
Daftar Investasi
No
Jenis biaya
Jumlah biaya
1.
2.
Bangunan kandang
Tanah
Rp. 8.000.000
Rp.  55.000.000

Total investasi
Rp.  63.000.000

Daftar Penyusutan
No
Macam
Nilai awal
Nilai ekon
Nilai akhir
Penyusutan per tahun
Penyusutan per bulan


(Rp)
Thn
(Rp)
(Rp)
(Rp)
1
Kandang
8.000.000
5
0
1.600.000
133.333,33

Total



1.600.000
133.333,33

Rincian Biaya/3bulan
No
Jenis biaya
Jumlah biaya
1.
2.
3.
4.
5.
Pajak
Listrik
Air
Obat-obatan
Penyusutan
(3 x 133.333,33 = 399.999,99= 400.000)
Rp.     50.000
Rp.       150.000
Rp.          –
Rp.       300.000
Rp.       400.000

Total biaya tetap
Rp.900.000












Biaya Tidak Tetap/3bulan
No
Jenis biaya
Jumlah biaya
1.



2.


3.


4.
Pakan
(0,5 x 3400) + (1 x 250) = Rp. 1950 /ekor/hari
70 ekor selama 3 bulan
= (70 x 1950 x 90 = Rp. 12.285.000)
Transportasi
Rp. 500.000/bulan
3 bulan = 3 x 500. 000 = Rp. 1.500.000
Gaji Karyawan
Rp. 1.200.000/bulan/orang
3 bulan = 3 x 1.200.000 = Rp.3.600.000
Kambing bakalan
Rp. 1.000.000/ekor
70 ekor = (70 x 1.000.000) = Rp. 70.000.000
Rp.  12.285.000



Rp.   1.500.000


Rp.   3.600.000


Rp  70.000.000

Total biaya tidak tetap
Rp. 87.385.000

Biaya Produksi/3 bulan
No
Jenis biaya
Jumlah biaya
1
2
Biaya Tetap
Biaya Tidak Tetap
Rp.     900.000
Rp.  87.385.000

Total biaya produksi
Rp. 88.285.000

Laporan Laba Rugi
Penjualan kambing /3bulan     = Rp. 2.500.000 x 70 ekor
                                                = Rp. 175.000.000

Penjualan feses/3bulan            = {(40 karung x 3 bulan) x Rp. 25.000}
                                                = Rp. 3.000.000

Total Penerimaan/3bulan         = Rp. 175.000.000 + Rp. 3.000.000
                                                = Rp. 178.000.000


Pendapatan/3bulan      =          Penerimaan – Biaya Tidak Tetap
                                    =          Rp. 178.000.000 – 87.835.000
                                    =          Rp. 90.165.000

Laba/3bulan                =          Rp. 90.165.000
Pajak/tahun                 =          1% x (Rp. 90.165.0000 x 4)
                                    =          1% x Rp. 360.660.000
                                    =          Rp. 3.606.600

Pajak/3bulan                =          Rp. 3.606.600 x (3/12)
                                    =          Rp. 901.650

EBIT                           =          Rp. 90.165.000
EBT                             =          EBIT – Bunga
                                    =          Rp. 90.165.000 – 0
                                    =          Rp. 90.165.000

EAT                            =          EBT – Pajak
                                    =          Rp. 90.165.000 – Rp. 901.650
                                    =          Rp. 89.263.350

Return On Investment(ROI)

ROI                             =             EAT              x 100%
                                                Investasi
                                    =          89.263.350    x 100%
                                    =          63.000.000
                                    =          141,69%
                                    =          142

Jadi, usaha peternakan penggemukan kambing layak untuk diteruskan karena nilai ROI sebesar 142% dalam periode pengembalian modal selama 3 bulan.
Payback Period (PP) bila cash flowsama tiap tahun:
PP                                =          investasi           x 1 tahun
                                                EAT
                                    =          63.000.000     x 1 tahun
                                                89.263.350 x 4
                                    =          0,18
                                    =          1 tahun 8 bulan
           
Jadi perusahaan  membutuhkan waktu 1 tahun  8 bulan untuk mengembalikan modal usaha (payback period).

BEP (Rupiah)              =                      Biaya Tetap
                                                 1 – Biaya Variabel/unit
                                                            Harga jual/unit
                                    =                      900.000
         1 – 1.248.357,14 / 2.500.000
                                    =          Rp. 1.800.000

Jadi perusahaan harus menjual kambing dengan harga Rp. 1.800.000/ekor agar perusahaan tidak mengalami kerugian maupun keuntungan.

BEP (Unit)                  =         
                                    =               
                                    =          35,31 ekor
Jadi perusahaan harus menjual 36ekor kambing agar perusahaan tidak mengalami kerugian




Lampiran 6.Lay Out Perkandangan







A
G
F
E
D
H
J
I
C

B
Keterangan :
  1. Rumah pemilik
  2. Tempat penyimpanan pakan
  3. Kandang bebek
  4. Kandang kambing 1
  5. Kandang kambing 2
  6. Kandang kambing 3
  7. Kandang kambing 4
  8. Kandang sapi
  9. Tempat pembuangan feses
  10. Kandang ayam petelur
 




















Lampiran 7. Dokumentasi
Kandang tampak dari jauh
Lantai kandang
Pembuangan limbah
Lantai bawah kandang
Ampas Tahu
Wheat bran
Foto bersama pemilik
Foto bersama pemilik

Kambing
Kambing




Tidak ada komentar:

Posting Komentar