TINJAUAN
ASPEK PERKANDANGAN, LINGKUNGAN ABIOTIK DAN FISIOLOGIS PADA PETERNAKAN SAPI
PERAH
LAPORAN
PRAKTIKUM
MANAJEMEN
LINGKUNGAN PETERNAKAN
Disusun
Oleh :
III / Peternakan A
Akbar Tri Hatma 23010113120007
Novia Sri Hapsari 23010112120012
Elin Herlina 23010113120030
Anindita A. P. U. 23010113120039
Nunik Ita Varianti 23010113120046
Jumbriadi 23010113120107
Hendra R. Tamba 23010113140128

PROGRAM
STUDI S-1 PETERNAKAN
JURUSAN
PETERNAKAN
FAKULTAS
PETERNAKAN DAN PERTANIAN
UNIVERSITAS
DIPONEGORO
SEMARANG
2015
LEMBAR
PENGESAHAN
Judul
|
:
|
Tinjauan
Aspek Perkandangan, Lingkungan Abiotik
dan Fisiologis pada Peternakan Sapi Perah
|
Kelompok
/ Kelas
|
:
|
III / Peternakan A
|
Program
Studi
|
:
|
S1
Peternakan
|
Jurusan
|
:
|
Peternakan
|
Fakultas
|
:
|
Peternakan
dan Pertanian
|
Tanggal Pengesahan
|
:
|
..... / Mei / 2015
|
Menyetujui,
Koordinator
Asisten
Manajemen
Lingkungan Peternakan
Muhammad Yusuf
Fajar
NIM.
23010112140340
|
Asisten
Pendamping
Manajemen
Lingkungan Peternakan
Muhammad Yusuf
Fajar
NIM.
23010112140340
|
Mengetahui,
Koordinator
Praktikum
Manajemen
Lingkungan Peternakan
Dr. Ir.
Isroli, M.P.
NIP. 19580502
198603 1 002
|
|
KATA PENGANTAR
Sapi perah merupakan ternak yang produksi utamanya
berupa susu. Produktivitas sapi perah dipengaruhi beberapa aspek antaralain
aspek perkandangan yang meliputi ukuran, tipe, bahan dan suhu kandang, aspek
perkandangn yang baik akan membuat ternak nyaman sehingga produktivitasnya
meningkat. Aspek lingkungan biotik meliputi temperatur udara, kelembaban udara
dan Temperature Humidity Index (THI),
aspek lingkungan abiotik yang tidak sesuai dengan tubuh ternak akan menyebabkan
ternak mengalami stress. Aspek fisiologi ternak meliputi frekuensi nafas,
frekuensi denyut nadi, suhu rektal dan Heat
Tolerance Coefficient (HTC), aspek ini dapat menunjukkan kondisi ternak
tersebut mengalami stress atau tidak.
Segala
puji bagi Tuhan yang Maha Kuasa, karena dengan rahmat dan hidayahnya kami dapat
menyelesaikan laporan praktikum manajemen lingkungan peternakan ini. Pada dasarnya laporan ini berisi tentang
aspek perkandangan, aspek fisiologis sapi perah dan aspek lingkungan abiotik.
Tidak
lupa kami ucapkan banyak terima kasih kepada asistan pembimbing yang telah
membimbing kami baik dalam pelaksanaan praktikum maupun dalam penyusunan
laporan praktikum. Dosen Pengampu mata
kuliah manajemen lingkungan peternakan yang telah memberikan materi sebagai
pedoman bagi kami dalam melaksakan praktikum ini,
sehingga laporan ini dapat di selesaikan tepat pada
waktunya.
Kami
juga menyadari, bahwa laporan ini masih jauh dari kesempurnaan, untuk itu kami
berharap kritik dan saran baik dari pembaca, dosen, asistan pembimbing maupun
rekan-rekan yang bersifat membangun dan bermanfaat bagi
kami untuk pembuatan laporan yang akan datang.
Semoga Tuhan yang maha kuasa melimpahkan rahmat-Nya bagi kita
semua. Atas perhatiannya kami
mengucapkan terima kasih.
Semarang, Mei 2015
|
|
Penulis
|
![]() |
DAFTAR ISI
Halaman
LEMBAR
PENGESAHAN ....................................................................... ii
KATA
PENGANTAR................................................................................ iii
DAFTAR
ISI............................................................................................... v
DAFTAR
TABEL.......................................................................................
vi
DAFTAR
LAMPIRAN............................................................................... vii
BAB I
PENDAHULUAN.......................................................................... 1
1.1. Latar Belakang............................................................................ 1
1.2. Tujuan dan Manfaat.................................................................... 2
BAB II
MATERI DAN METODE............................................................. 3
2.1.
Materi.......................................................................................... 3
2.2.
Metode........................................................................................ 3
2.3.
Variabel yang Diukur.................................................................. 4
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN................................................... 7
3.1.
Aspek Perkandangan................................................................... 7
3.2.
Aspek Lingkungan Abiotik......................................................... 9
3.3.
Aspek Fisiologis Sapi Perah........................................................ 12
BAB IV
SIMPULAN DAN SARAN........................................................ 15
5.1.
Simpulan...................................................................................... 15
5.2.
Saran............................................................................................ 15
DAFTAR
PUSTAKA................................................................................. 16
LAMPIRAN................................................................................................ 18
DAFTAR TABEL
|
Halaman
1.
Perkandangan
Sapi Perah........................................................................ 7
2. Rataan
Faktor Iklim dan Temperature Humidity
Index.......................... 9
3. Rataan
Beberapa Variabel Fisiologis dan Heat
Tolerance Coefficient
Sapi
Perah............................................................................................... 12
4.
Data Suhu dan
Kelembaban Udara (Lingkungan Abiotik)..................... 18
5.
Data Fisiologis
Sapi Perah....................................................................... 20
DAFTAR LAMPIRAN
|
Halaman
1. Data Suhu Rataan Faktor Iklim dan Temperature Humidity Index....... 18
2. Perhitungan
Temperature Humidity Index ............................................. 19
3. Data Fisiologi Sapi ................................................................................. 20
4. Perhitungan Heat Tolerance
Coefficient Sapi Perah................................ 21
BAB
I
PENDAHULUAN
1.1.
Latar
Belakang
Sapi perah merupakan
ternak yang mengahsilkan produk pangan bagi manusia. Produksi dari sapi perah yang
sering kita jumpai antara lain daging dan susu. Daging dan susu merupakan bahan
pangan yang memiliki permintaan tertinggi dari pasar. Permintaan yang tinggi
menyebabkan peternak-peternak harus lebih intensif dalam melakukan proses
pemeliharaan, agar mampu memenuhi kebutuhan pasar. Pemeliharaan yang intensif
tidak menentukan seberapa besar tingkat produksi dari hewan ternak tersebut
jika peternak tidak mengetahui faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi
produktivitas dari hewan ternaknya. Faktor-faktor yang berpengaruh pada
produktivitas ternak terbagi menjadi dua bagian, yaitu faktor internal dan
faktor eksternal. Faktor eksternal yang mempengaruhi produktivitas hewan ternak
antara lain suhu udara, kelembaban lingkungan, radiasi matahari, dan kecepatan
angin. Gejala-gejala lingkungan ini akan mempengaruhi keadaan fisiologi ternak.
Oleh sebab itu dapat diketahui bahwa keadaan fisiologi lingkungan akan
berdampak besar terhadap keadaan fisiologi dari hewan ternak. Berdasarkan uraian
diatas maka perlu dilakukan pengamatan dan pengukuran aspek perkandangan, aspek
lingkungan abiotik dan aspek fisiologis sapi perah guna mengetahui respon
fisiologis sapi perah daripada kondisi lingkungan dan kandang yang ada
disekitarnya.
1.2.
Tujuan
dan Manfaat
Tujuan
dari praktikum mata kuliah manajemen lingkungan peternakan adalah untuk
mengetahui faktor-faktor lingkungan apa saja yang mempengaruhi keadaan
fisiologi hewan ternak. Selanjutnya adalah agar mampu mengetahui bagaimana cara
menghitung kemampuan ternak menahan panas dengan menghitung HTC,mengetahui keadaan
lingkungan (suhu dan kelembaban) disekitar kandangdengan cara menghitung THI.
Manfaat dilakukannya praktikum ini adalah mahasiswa mampu mengetahui apakah
ternak berda pada zona nyaman atau zona stress.
MATERI DAN METODE
Praktikum Manajemen Lingkungan Peternakan dengan materi tinjauan aspek
perkandangan, lingkungan abiotik dan fisiologis pada peternakan sapi perahdilaksanakan pada tanggal
18 – 19 April 2015 di kandang sapi perah Fakultas Peternakan dan
Pertanian Universitas Diponegoro, Semarang.
2.1. Materi
Materi yang digunakan dalam Praktikum Manajemen Lingkungan Peternakan adalah sapiperah.
Peralatan yang digunakan meliputi stopwatchyang
digunakan sebagai alat untuk menghitung waktu saat penghitungan frekuensi nafas dan denyut nadi, termometer yang berfungsi sebagai alat untuk
mengukur suhu lingkungan, higrometer yang digunakan untuk mengukur kelembaban
relatif lingkungan dan termometer klinis yang berfungsi sebagai alat untuk
mengukur suhu tubuh sapi.
2.2. Metode
Metode yang digunakan dalam Praktikum Manajemen Lingkungan Peternakan ini adalah metode
partisipasi aktif, yaitu melakukan kegiatan, pengamatan dan pengambilan data
secara langsung di lapangan. Data yang diambil adalah data primer. Data primer diperoleh berdasarkan proses pengamatan
yang dilakukan terhadap sapi
perah. Data yang diperoleh kemudian diolah dan dianalisis secara
deskriptif dan kemudian dibahas.
2.3. Variabel yang Diukur
Variabel yang diukur terdiri dari 3 aspek yaitu perkandangan, lingkungan abiotik dan aspek fisiologissapi perah.Perkandangan meliputi ukuran kandang, tipe kandang, bahan kandang dan
suhu di luar maupun di dalam kandang.Aspek lingkungan abiotik berupa suhu dan
kelembaban udara serta THI (Temperature
Humidity Index). Aspek fisiologis sapiperah meliputi suhu rektal, frekuensi
nafas dan nadi, serta indeksdaya tahan panas tubuh yakni Indeks Benezra dan Indeks Rhoad.
Pengamatan aspek lingkungan abiotik dilakukan
selama 3 hari, sedangkan aspek fisiologis dilakukan
terhadap 6ekor sapi perah. Adapun prosedur kerja (pengukuran) adalah
sebagai sebikut :
A.
Aspek
perkandangan meliputi :
A.1. Ukuran kandang, yang diperoleh dengan cara mengukur (panjang
kandang, lebar kandang, tinggi atap, panjang palung, lebar palung, kedalaman
palung, tinggi palung, panjang selokan, lebar selokan, kedalaman selokan, lebar
flock, panjang flock,
tinggi flockserta kamar susu)
menggunakan meteran.
A.2. Tipe kandang, yang diamati langsung secara visual.
A.3. Bahan Kandang yang diamati langsung secara visual.
A.4. Suhu di luar dan di dalam kandang yangdiperoleh dengan cara
melakukan pengukuran tiga kali sehari (pagi, siang, sore) dengan menggunakan
thermometer.
B.
Aspek lingkungan abiotik meliputi :
B.1. Suhu/temperatur udara
yang diamati tiga kali sehari (pagi, siang dan sore)dengan menggunakan
termometer.
B.2. Kelembaban udara yang
diamati tiga kali sehari (pagi, siang dan sore) dengan menggunakan higrometer.
B.3. Temperature Humidity Index (THI) dengan menggunakan rumus :
THI = T – 0,55 x (1 – rH/100) x (T – 58) ---------------------------------------(1)
Keterangan :
THI : Temperature Humidity
Index
T: Temperatur Udara (oF)
rH: Kelembaban Udara (%)
C.
Aspek fisiologis sapi meliputi :
C.1. Suhu tubuh sapi yang
diamati tiga kali sehari (pagi, siang dan sore) menggunakan termometer klinis
dengan cara memasukan termometer pada rektal sapi.
C.2. Denyut nadi dan
Frekuensi Nafas yang diamati tiga kali sehari (pagi, siang dan sore). Denyut
nadi diukur dengan cara menggunakan stetoskop pada bagian ketiak sapi pada kaki
kiri sisi depan dan menghitung selama 1 menit. Frekuensi nafas diukur dengan
cara mendekatkan tangan pada hidung sapi dan menghitung selama 1 menit.
C.3. Daya tahan panas
sapi.
C.3.1. Index Rhoad dengan menggunakan rumus :
HTC = 100 –
10 (Tf – Ti)
----------------------------------------------------(2)
Keterangan :
HTC : Heat Tolerance Coefficient
Tf : Suhu Tubuh Siang
Ti : Suhu Tubuh Pagi
100 : Angka Efisiensi
yang Sempurna
10 : Angka Konstanta
C.3.2. Index Benezra dengan menggunakan rumus :
HTC = TB
+ FR
-----------------------------------------------------------(3)
Keterangan :
HCT : Heat Tolerance Coefficient
TB : Rataan Harian Suhu
Tubuh Sapi (oC)
FR : Rataan Harian
Frekuensi Nafas (1 Menit)
38,3 : Angka Standar Suhu
Tubuh Sapi
23 : Angka Standar
Frekuensi Nafas Sapi (1 Menit)
HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1. Aspek Perkandangan
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan diperoleh data sebagai
berikut:
Tabel
1. Perkandangan Sapi Perah
Variabel
Pengamatan
|
Hasil Pengamatan
|
|
1
|
Ukuran
Kandang
|
|
·
Panjang kandang (m)
|
12,26
|
|
·
Lebar kandang (m)
|
8,2
|
|
·
Tinggi atap (m)
|
4,22
|
|
·
Panjang palung (m)
|
9,2
|
|
·
Lebar palung (cm)
|
55
|
|
·
Kedalaman palung (cm)
|
50
|
|
·
Tinggi palung (cm)
|
63
|
|
·
Panjang selokan (m)
|
9,43
|
|
·
Lebar selokan (cm)
|
26
|
|
·
Kedalaman selokan (cm)
|
8
|
|
·
Lebar flock (cm)
|
199
|
|
·
Panjang flock (cm)
|
190
|
|
·
Tinggi flock (cm)
|
129
|
|
·
Kamar susu (m²)
|
10,56
|
|
2
|
Bahan
Kandang
|
|
·
Dinding
|
Beton
|
|
·
Atap
|
Asbes
|
|
·
Lantai
|
Beton
|
|
3
|
Tipe
Kandang
|
Tail to tail
|
4
|
Suhu
Kandang
|
|
·
Suhu dalam kandang (ºC)
|
26,6
|
|
·
Suhu luar kandang (ºC)
|
26,5
|
Sumber :Data Primer Praktikum Manajemen
Lingkungan Peternakan, 2015.
Berdasarkan
praktikum yang telah dilakukan diperoleh hasil bahwa ukuran kandang sapi perah
mempunyai ukuran panjang kandang 12,6 m, lebar kandang 8,2 m, kamar susu 10,56
m2, dan sudut ukuran yang berbeda-beda. Standar ukuran kandang sapi
perah menyesuaikan dengan ternak yang ingin dipelihara, selain itu kandang yang
baik mempunyai ukuran ventilasi tinggi fungsinya untuk mengatur suhu di dalam
kandang. Tipe kandang sapi perah yaitu konvensional dengan cara penempatan
ternak secara tail to tail sehingga
dapat mempermudah untuk membersihkan atau sanitasi kandang.Ukuran dan tipe
kandang yang digunakan sudah mendukung karena ukuran kandang yang ada dalam kandang
sudah sesuai dengan jumlah ternak yang dikandangkan dan cara sanitasi kandang
yang mudah dilakukan.Hal ini sesuai dengan pendapat Syarif dan Harianto (2011)
yang menyatakan bahwa kandang yang baik adalah kandang yang sesuai dan memenuhi
persyaratan kebutuhan dan kesehatan sapi perah, persyaratan kandang sapi perah
antara lain sirkulasi udara cukup, lantai selalu kering, tempat pakan lebar dan
tempat air selalu tersedia. Menurut pendapat Prihanto (2009) yang menyatakan
bahwa kontruksi kandang dengan cara penempatan tail to tail akan mempermudah dalam proses sanitasi kandang.
Bahan kandang yang digunakan sebagai
atap kandang terbuat dari asbes, dinding dan lantai terbuat dari semen dan beton.Bahan
kandang berpengaruh terhadap ketahanan kandang dan kenyamanan sapi perah yang
ada di dalamnya.Atap yang terbuat dari asbes memiliki kemampuan untuk menahan
panas yang relatif rendah dibandingkan dengan atap yang terbuat dari
genting.Asbes menyerap panas yanga ada di luar kandang ke dalam kandang,
sehingga suhu dalam kandang lebih tinggi dibandingkan dengan suhu yang berada
di luar kandang.Suhu rata-rata dalam kandang selama 24 jam adalah
26,6oC dan suhu luar kandang adalah 26,5oC, suhu dalam
dan luar kandang dapat mempengaruhi produktivitas ternak. Hal ini sesuai dengan
pendapat Siregar (2003) yang menyatakan baha atap kandang dapat dibuat
menggunakan berbagai bahan seperti asbes, seng maupun genting, dimana setiap
bahan memiliki kelemahan dan kelebihan masing-masing. Girisanto (2006)
menambahkan bahwa untuk daerah tropis atap kandang yang baik menggunakn
genting, karena dengan genting akan memantulkan panas, serta celah-celah
diantara genting akan membuta sirkulasi udara menjadi baik, namun genting
memiliki harga yang cukup mahal.
Triyanton (2009) menyatakan bahwa dinding yang terbuat dari beton dan dibuat setengah terbuka akan mempermudah pertukaran udara.
Triyanton (2009) menyatakan bahwa dinding yang terbuat dari beton dan dibuat setengah terbuka akan mempermudah pertukaran udara.
3.2. Aspek Lingkungan Abiotik
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan dapat diperoleh data
sebagai berikut:
Tabel 2. Rataan Faktor Iklim dan Temperature
Humidity Index
No
|
Variabel
|
Hasil Pengamatan
|
1.
|
Lingkungan Abiotik
·
Temperatur Udara (OC)
·
Kelembabab Udara (%)
|
27,42
70,19
|
2.
|
Temperature Humidity Index
|
77,52
|
Sumber :
Data primer praktikum manajemen lingkungan peternakan, 2015.
Berdasarkan hasil
prakitikum yang telah dilakukukan diperoleh hasil bahwa rerata suhu udara 27,420C.Besaran
suhu tersebut tergolong tidak baik untuk lingkungan pemeliharaan sapi
perah. Yani dan Purwanto (2006)
menyatakan bahwa sapi PFH menunjukkan penampilan produksi terbaik apabila
ditempatkan pada suhu lingkungan 18,30C bila melebihi suhu tersebut,
ternak akan melakukanpenyesuaian secara fisiologis dan secara tingkah laku.
Besaran suhu udara tersebut akan menyebabkan cekaman panas pada ternak dan akan
berakibat pada peningkatan konsumsi air minum, penurunan nafsu makan dan
penyesuaian fisiologis lain untuk mempertahankan keseimbangan suhu tubuh.
Penyesuaian fisiologis ini akan berpengaruh pada produksi susu yang tidak
maksimal karena tidak terpenuhinya kebutuhan sebagai akibat dari cekaman
panas. Hal ini sesuai dengan pendapat Ismail
(2006) sapi perah yang mengalami cekaman panas mengalami penurunan produksi
susu dan perilaku sapi yang terlihat lesu, pertanda yang umum tampak pada saat
sapi yang mengalami cekaman panas pada suhu sekitar 26,6-32,20C.
Berdasarkan praktikum
diperoleh hasil bahwa rata-rata kelembaban kandang sapi perah yaitu
70,19%. Hasil tersebut sesuai dengan
standar normal kelembaban udara yang dikemukakan oleh Palulungan et al. (2013) yang menyatakan bahwa
rata-rata kelembaban normal daerah tropis sekitar 60 – 90%.
Kelembaban yang tinggi akan membawa lebih banyak uap air yang dapat
mengakibatkan kondisi seperti embun. Kumpulan air tersebut akan mengundang
berkembangbiaknya jamur penyebab penyakit. Sedangkan jika kelembaban rendah akan
mengakibatkan meningkatnya distribusi debu yang dapat mengakibatkan munculnya
penyait-penyakit pernafasan. Distribusi kelembaban udara pada kandang sapi
perah dipengaruhi oleh luas dan tinggi bangunan, jumlah ternak, suhu
lingkungan, sistem ventilasi, dan radiasi matahari. Hal ini sesuai dengan pendapat Soemarto
(2005) yang menyatakan bahwa selain radiasi, produksi panas hewan yang berupa
panas laten dan panas sensibel, tinggi, luas, bahan atap dan bukaan ventilasi
yang kurang tepat merupakan beberapa faktor yang dapat mempengaruhi kelembaban
udara dalam kandang sapi perah. Menurut Yaniet al. (2007) yang menyatakan bahwa luas bukaan ventilasi sangat
mempengaruhi pola aliran dan distribusi udara dalam kandang yang dapat
menentukan besarnya distribusi kelembaban udara dalam kandang. Untuk memperoleh
luas bukaan ventilasi (alamiah) yang menghasilkan distribusi suhu dan
kelembababan udara dalam kandang yang baik diperlukan analisis sifat dan pola
aliran serta distribusi udara dalam kandang.
Berdasarkan praktikum yang telah
dilaksanakan diperoleh hasil bahwa dengan suhu 27,42ºC dan kelembaban relatif
70,19% diperoleh nilai THI 77,52. THI merupakan sutau indikator yang dapat
digunakan untuk mengetahui apakah seekor ternak mengalami stress atau tidak,
dimana THI akan menunjukkan pada suhu berapa ternak masih dapat menahan panas.
Hal ini sesuai dengan pendapatYani dan Purwanto (2006) yang menyatakan bahwa
diduga zona THI terbagi menjadi 3 yaitu zona hijau (zona stress ringan) dengan
THI antara 72-79, zona biru (zona stress
sedang) dengan THI antara 79-88 dan zona merah (zona stress berat) dengan THI
90-98. Sudrajad dan Adiarto (2011) menambahkan bahwa THI yang ideal untuk sapi
perah adalah kurang dari 72, sedangkan sapi perah yang memiliki nilai THI 72-79
akan mengalami stress ringan, nilai THI 80-89 sapi mengalami stress sedang, dan nilai THI 90-97 sapi
mengalami stress berat.Suhu yang terlalu tinggi menyebabkan keseimbangan
panas dalam tubuh ternak terganggu, sebab pada suhu yang tinggi ternak akan
mengurangi konsumsi pakan dan meningkatkan konsumsi air akibatnya proses
biokimia dalamtubuhnya berubah dan menyebabkan suhu tubuh ternak berubah.Hal
ini sesuai dengan pendapat.
3.3. Aspek Fisiologis Sapi Perah
Berdasarkan
praktikum yang telah dilakukan dapat diperoleh hasil sebagai berikut :
Tabel 3. Rataan Beberapa Variabel Fisiologis dan Heat Tolerance Coefficient Sapi Perah
NO
|
Variabel Pengamatan
|
Hasil Pengamatan
|
1
|
Respon Fisiologis
· Suhu Rektal (OC)
· Frekuensi Nafas
(kali/menit)
· Frekuensi Denyut Nadi
(kali/menit)
|
38,58
42,94
60,42
|
2
|
Heat Tolerance Coefficient
·
Index Rhoad
·
Index Benezra
|
94,6
2,87
|
Sumber : Data Primer Praktikum Manajemen Lingkungan Peternakan, 2015.
Berdasarkan
praktikum yang telah dilaksanakan diperoleh hasil bahwa rata-rata suhu tubuh
sapi perah adalah 38,58ºC. Suhu tubuh 38,58ºC termasuk normal karena suhu tubuh
sapi umumnya berkisar antara 38 - 39 ºC. Hal tersebut menunjukan bahwa sapi
perah masih berada pada zona nyaman.Hal ini sesuai dengan pendapat Hadziq
(2011) yang menyatakan bahwa pada sapi dewasa umumnya memiliki suhu tubuh sekitar38 - 39ºC.Suhu tubuh ternak dapat
dipengaruhi oleh suhu lingkungannya. Apabila suhu tubuh terlalu tinggi, ternak
akan melepaskan kelebihan panas tubuh.Menurut Putra (2009)sapi perah akan mempertahankan suhu
tubuhnya agar tetap konstan ketika berada di lingkungan yang tidak nyaman
dengan usaha menggunakan energi sehemat mungkin.
Rata-rata frekuensi nafas yang diperoleh pada sapi
perah adalah 45 kali/menit.Frekuensi nafas tersebut lebih tinggi dari frekuensi
nafas normal sapi yang dilaporkan Hadziq (2011) bahwa pada keadaan normal
frekuensi nafas sapi adalah 27 – 40 kali/menit. Tingginya frekuensi nafas
dibandingkan standar menunjukkan sapi mengalami stresskarena sapi berusaha mengeluarkan panas yang terdapat dalam
tubuhnya dengan meningkatkan frekuensi nafas.
Yani dan Purwanto (2006) menambahkan bahwa panas yang berlebih diterima tubuh ternak dapat dikeluarkan dengan peningkatan frekuensi nafas sehingga panas dalam tubuh ternak terbuang keluar.
Yani dan Purwanto (2006) menambahkan bahwa panas yang berlebih diterima tubuh ternak dapat dikeluarkan dengan peningkatan frekuensi nafas sehingga panas dalam tubuh ternak terbuang keluar.
Rata-rata denyut nadi yang diperoleh
pada sapi perah adalah 60 kali/menit.Denyut nadi tersebut lebih tinggi dari
denyut nadi normal sapi yang dilaporkan Hadziq (2011) bahwa denyut nadi normal
adalah 40 – 58 kali/menit.Tingginya frekuensi denyut nadi tersebut menunjukkan
bahwa sapi perah mengalami stress,
sehingga membuang panas tubuhnya dengan meningkatkan frekuensi nadi.
Yani dan Purwanto (2006) menambahkan bahwa reaksi sapi perah terhadap perubahan suhu dapat dilihat dari frekuensi nadi yang merupakan mekanisme dari tubuh sapi untuk mengurangi panas tubuhnya yang diterima dari luar tubuh ternak.Peningkatan denyut nadi merupakan respons dari tubuh ternak untuk menyebarkan panas yang diterima ke dalam organ-organ yang lebih dingin
Yani dan Purwanto (2006) menambahkan bahwa reaksi sapi perah terhadap perubahan suhu dapat dilihat dari frekuensi nadi yang merupakan mekanisme dari tubuh sapi untuk mengurangi panas tubuhnya yang diterima dari luar tubuh ternak.Peningkatan denyut nadi merupakan respons dari tubuh ternak untuk menyebarkan panas yang diterima ke dalam organ-organ yang lebih dingin
Heat Tolerance Coefficient(Index Benezra)merupakan suatu indeks
yang menjelaskan sampai manakah ternak dapat memepertahankan suhu tubuhnya agar
tetap pada zona nyaman, dengan melihat frekuensi nafas dan suhu tubuh ternak.
HTC (Benezra) sapi perah sebesar 2,87
artinya ternak mengalami stress ringan, ditandai dengan tingginya frekuensi
nafas pada sapi perah untuk membuang panas sebagai usaha untuk mempertahankan
suhu tubuhnya, karena normalnya HTC index
Benezra sebesar 2. Arifin et al.
(2012) menyatakan bahwa nilai HTC (Benezra)
yang baik adalah 2, jika nilai HTC lebih dari 2 atau kurang dari 2 maka ternak
tersebut berada pada kondisi yang tidak nyaman, yang akan mengakibatkan
penurunan produktivitas ternak. Susilawanet
al. (2013) menambahkan bahwa HTC (Index
Benezra) dipengaruhi oleh rataan harian suhu tubuh sapi, dan rataan harian
frekuensi nafas sapi selama 1 menit.
HTC
(Index Rhoad) tidak jauh berbeda
dengan index Benezra hanya saja menggunakan suhu tubuh siang dan suhu tubuh pagi
untuk mencari HTC nya. Index Rhoad
sapi perah sebesar 94,6 artinya sapi tersebut mengalami stress ringan, karena
jika nilai Index Rhoad semakin
mendekati 100 ternak semakin nyaman. Warsono danMu’in
(2008) menyatakan bahwa HTC (Rhoad) dapat
dihitung berdasarkan temperatur rektal dar sapi tersebut, standar nilai HTC (Rhoad) adalah 100.Susilawanet al. (2013) menambahkan bahwa
ketahanan ternak terhadap panas akan menentukan kenyamanan ternak dan akhirnya
juga akan mempengaruhi produktivitas ternak.
SIMPULAN DAN SARAN
5.1. Simpulan
Sapi perah di kandang sapi perah Fakultas Diponegoro Semarang
berada pada kondisi stress ringan,
hal tersebut dapat diketahui dari nilai THI yang dipengaruhi oleh suhu dan
kelembaban serta HTC yang dipengaruhi oleh suhu rektal, frekuensi nafas dan frekuensi
denyut nadi. Sapi perah mempertahankan suhu tubuhnya dengan cara meningkatkan frekuensi nafas dan frekuensi
denyut nadi sehinggaa
pembuangan panas dari dalam ke luar
tubuh dapat dilakukan dengan baik.
5.2. Saran
Manajemen pemeliharaan sudah cukup baik, namun
sebaiknya sanitasi kandang lebih ditingkatkan lagi, karena kebersihan kandang
akan menjauhkan ternak dari penyakit dan stres.Sistem kandang diperbaiki lagi
dimana atap dibuat dari genting sehingga kandang bisa lebih menahan panas dari
lingkungan sekitar, sehingga suhu dalam kandang tidak terlalu tinggi.
Arifin. S., Nugroho. H., dan Busono. W. 2012. Nilai HTC (Heat Tolerance Coefficient) pada Sapi Peranakan
Ongole (PO) betina dara sebelum dan sesudah diberi konsentrat di daerah dataran
rendah. Fakultas Peternakan Universitas Brawijaya, Malang.
Girisanto. 2006. Beternak Sapi Perah.
Kanisius, Yogyakarta.
Hadziq, A. 2011.Status Fisiologis Dan
Performa Pedet Peranakan Friesian
Holstein Prasapih yang Diinokulasi Bakteri Pencerna Serat Dengan
Pakan Bersuplemen Kobalt.Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor (Skripsi
Sarjana Peternakan).
Ismail, M. 2006. Pengaruh Penyiraman dan
Penganginan terhadap Respon Termoregulasi dan Tingkah Laku Konsumsi Pakan Sapi Fries Holland Dara.Skripsi. Fakultas
Peternakan IPB, Bogor.
Palulungan, J.
A., Adiarto dan Hartatik. T. 2013. Pengaruh kombinasi pengkabutan dan kipas
angin terhadap kondisi fisiologis sapi perah Peranakan Friesian Holstein. Buletin Peternakan. 37 (3) : 189 – 197.
Prihanto.
(2009). Manajemen Pemeliharaan Induk Laktasi di Peternakan Sapi Perah CV. Mawar
Mekar Farm Kabupaten Karanganyar (Tugas Akhir). Fakultas Pertanian. Universitas
Sebelasa Maret. Surakarta.
Putra. A. 2009. Potensi penerapan
produksi bersih pada usaha peternakan sapi perah (studi kasus pemerahan susu
sapi moeria kudus jawa tengah). Magister Ilmu Lingkungan.
Universitas Diponegoro, Semarang. (Tesis).
Siregar, S. B.
2003. Sapi Perah Jenis, Teknis Pemeliharaan dan Analisis Usaha. Penebar
Swadaya, Jakarta.
Soemarto, F.
2005. Pengaruh berbagai ketinggian bahan atap kandang terhadap respons sapi
dara peranakan Fries Holland.Fakultas
Peternakan, Institut
Pertanian Bogor, Bogor.(Skripsi).
Sudrajad, P dan Adiarto. 2011. Pengaruh stres
panas terhadap performa produksi susu sapi friesian
holstein di balai besar pembibitan ternak unggul sapi perah baturraden.
Prosiding Seminar Nasional.Teknologi Peternakan dan Veteriner. Fakultas
Peternakan UGM. Hal.341-346.
Susilawan, A. W., Busono. W.dan Nugroho. H. 2013.
Pengaruh ketinggian tempat terhadap nilai HTC (Heat Tolerance Coefficient) pada
sapi peranakan limousine (LIMPO) betina dara sebelum dan sesudah diberi
konsentrat.Universitas Brawijaya. Malang.
Syarif,
E dan Harianto, B. 2011.Buku Pintar Beternak dan Bisnis Sapi Perah. Agromedia
Pustaka, Jakarta.
Triyanton.2009. Manajemen Pemeliharaan
Pedet Sapi Perah Di Peternakan Sapi Perah CV. Mawar Mekar Farm Kabupaten
Karangayar. Universitas Sebelas Maret, Surakarta. (Skripsi).
Warsono, I. U., dan M. A. Mu’in. 2008. Daya tahan panas Sapi
Bali di Kabupaten Mnokwari. Jurnal Ilmu Peternakan. Vol. 3 : 20-23
Yani, A dan
Purwanto. B. P. 2006. Pengaruh iklim mikro terhadap respons fisiologis
sapi peranakan Fries Holland dan modifikasi lingkungan untuk meningkatkan
produktivitasnya (ulasan). J. Media Peternakan 29(1):35-46.
Yani. A., Suhardiyanto. H., Hasbullah. R., dan Purwanto. B. P. 2007.
Analisis dan Simulasi Suhu Udara pada Kandang Sapi Perah Menggunakan Computational Fluid Dynamics (CFD). J.
Media Petrnakan. 30 (3) : 218 – 228.
Lampiran 1.Data Suhu dan Kelembaban Udara (Lingkungan Abiotik).
Tabel 4.Data Suhu dan Kelembaban
Udara (Lingkungan Abiotik).
Hari
Ke-
|
Suhu Udara
(oC)
|
Kelembaban Udara
(%)
|
|||||||
Luar Kandang
|
Dalam Kandang
|
Dalam Kandang
|
|||||||
Pagi
|
Siang
|
Sore
|
Pagi
|
Siang
|
Sore
|
Pagi
|
Siang
|
Sore
|
|
1 (Jumat)
|
-
|
-
|
25,5
|
-
|
-
|
26,5
|
-
|
-
|
80
|
2 (Sabtu)
|
25
|
36,5
|
28
|
24,5
|
34
|
26
|
80
|
44
|
65
|
3 (Minggu)
|
25
|
27,9
|
27,5
|
25
|
28
|
27
|
87,5
|
65
|
72
|
Rataan / Satuan Waktu
|
25
|
32,2
|
27
|
24,75
|
31
|
26,5
|
83,75
|
54,5
|
72,33
|
Rataan / Hari
|
28,1
|
27,42
|
70,19
|
||||||
Lampiran 2.Perhitungan Temperature Humidity
Index.
RUMUS :
- Konversi Suhu
oF = oC x 1,8 + 32
Keterangan :
oF :
Derajat Farenhait
oC :
Derajat Celcius
1,8 dan 32 :
Angka Konstanta
- Temperature Humidity
Index
THI = T – 0,55 x (1 – rH/100) x (T – 58)
Keterangan :
THI : Temperature Humidity Index
T : Temperatur Udara (oF)
rH : Kelembaban Udara (%)
PERHITUNGAN
·
Konversi Suhu
oF= oC x 1,8 + 32
= 27,42 x 1,8 + 32
= 81,35oF
·
Temperature Humidity Index
THI = T – 0,55 x (1 – rH/100) x (T – 58)
= 81,35-0,55x(1-70,19/100)x (81,35 – 58)
=
81,35-0,55x0,2981x 23,35
= 81,35 - 3,83
= 77,52
Lampiran 3. Data Fisiologis Sapi
Sapi Perah ke -
|
Suhu Rektal
|
Frekuensi Nafas
|
Frekuensi Denyut Nadi
|
|||||||
--------(oC)--------
|
--------------------(kali/menit)
--------------------
|
|||||||||
Pagi
|
Siang
|
Sore
|
Pagi
|
Siang
|
Sore
|
Pagi
|
Siang
|
Sore
|
||
1
|
38,3
|
39,15
|
39,25
|
40
|
51
|
74
|
61
|
68
|
68
|
|
2
|
38
|
37,9
|
38,7
|
36
|
48
|
40
|
42,5
|
56
|
50
|
|
3
|
37,85
|
38,8
|
39,05
|
28
|
52
|
40
|
54
|
66
|
67
|
|
4
|
38,75
|
39,05
|
38,75
|
27
|
57
|
30
|
69
|
64
|
64
|
|
5
|
37,80
|
38,45
|
37,75
|
30
|
47
|
39
|
56
|
59
|
67
|
|
6
|
38,20
|
38,8
|
38,8
|
36
|
61
|
37
|
61
|
54
|
61
|
|
Rataan/ satuan
Waktu
|
38,15
|
38,69
|
38,72
|
32,83
|
52,67
|
43,33
|
57,5
|
61,17
|
62,83
|
|
Rataan/ satuan hari
|
38,58
|
42,94
|
60,42
|
|||||||
Lampiran 4.Perhitungan Heat Tolerance
Coefficient Sapi Perah.
RUMUS :
- Index Rhoad
HTC = 100 –
10 (Tf – Ti)
Keterangan :
HTC : Heat Tolerance Coefficient
Tf :
Suhu Tubuh Siang
Ti :
Suhu Tubuh Pagi
100 :
Angka Efisiensi yang Sempurna
10 :
Angka Konstanta
- Index Benezra
HTC = (TB/38,3) +
(FR/23)
Keterangan :
HCT :
Heat Tolerance Coefficient
TB :
Rataan Harian Suhu Tubuh Sapi (oC)
FR :
Rataan Harian Frekuensi Nafas (1 Menit)
38,3 :
Angka Standar Suhu Tubuh Sapi
23 :
Angka Standar Frekuensi Nafas Sapi (1 Menit)
PERHITUNGAN
·
Index Rhoad
HTC = 100 – 10 (Tf – Ti)
= 100 – 10 (38,69 – 38,15)
= 100 – 5,4
= 94,6
·
Index Benezra
HTC = (TB/38,3) + (FR/23)
= (38,52/38,3) + (42,94/23)
= 1,0057 + 1,8670
= 2,87

Tidak ada komentar:
Posting Komentar