Selasa, 10 Mei 2016

LAPORAN PRAKTIKUM MANAJEMEN LINGKUNGAN PETERNAKAN

TINJAUAN ASPEK PERKANDANGAN, LINGKUNGAN ABIOTIK DAN FISIOLOGIS PADA PETERNAKAN SAPI PERAH






 

LAPORAN PRAKTIKUM
MANAJEMEN LINGKUNGAN PETERNAKAN
 






Disusun Oleh :

III / Peternakan A

Akbar Tri Hatma                  23010113120007
Novia Sri Hapsari                  23010112120012
Elin Herlina                           23010113120030
Anindita A. P. U.                  23010113120039
Nunik Ita Varianti                23010113120046
Jumbriadi                              23010113120107
Hendra R. Tamba                 23010113140128








PROGRAM STUDI S-1 PETERNAKAN
JURUSAN PETERNAKAN
FAKULTAS PETERNAKAN DAN PERTANIAN
UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2015

LEMBAR PENGESAHAN

Judul                                                    
:
Tinjauan Aspek Perkandangan,  Lingkungan Abiotik dan Fisiologis pada Peternakan Sapi Perah



Kelompok / Kelas
:
III / Peternakan A



Program Studi
:
S1 Peternakan



Jurusan
:
Peternakan



Fakultas
:
Peternakan dan Pertanian



Tanggal Pengesahan
:
..... / Mei / 2015



Menyetujui,

Koordinator Asisten
Manajemen Lingkungan Peternakan




Muhammad Yusuf Fajar
NIM. 23010112140340
Asisten Pendamping
Manajemen Lingkungan Peternakan




Muhammad Yusuf Fajar
NIM. 23010112140340

Mengetahui,

Koordinator Praktikum
Manajemen Lingkungan Peternakan





Dr. Ir. Isroli, M.P.
NIP. 19580502 198603 1 002
KATA PENGANTAR
Sapi perah merupakan ternak yang produksi utamanya berupa susu. Produktivitas sapi perah dipengaruhi beberapa aspek antaralain aspek perkandangan yang meliputi ukuran, tipe, bahan dan suhu kandang, aspek perkandangn yang baik akan membuat ternak nyaman sehingga produktivitasnya meningkat. Aspek lingkungan biotik meliputi temperatur udara, kelembaban udara dan Temperature Humidity Index (THI), aspek lingkungan abiotik yang tidak sesuai dengan tubuh ternak akan menyebabkan ternak mengalami stress. Aspek fisiologi ternak meliputi frekuensi nafas, frekuensi denyut nadi, suhu rektal dan Heat Tolerance Coefficient (HTC), aspek ini dapat menunjukkan kondisi ternak tersebut mengalami stress atau tidak.
Segala puji bagi Tuhan yang Maha Kuasa, karena dengan rahmat dan hidayahnya kami dapat menyelesaikan laporan praktikum manajemen lingkungan peternakan ini.  Pada dasarnya laporan ini berisi tentang aspek perkandangan, aspek fisiologis sapi perah dan aspek lingkungan abiotik.
Tidak lupa kami ucapkan banyak terima kasih kepada asistan pembimbing yang telah membimbing kami baik dalam pelaksanaan praktikum maupun dalam penyusunan laporan praktikum.  Dosen Pengampu mata kuliah manajemen lingkungan peternakan yang telah memberikan materi sebagai pedoman bagi kami dalam melaksakan praktikum ini, sehingga laporan ini dapat di selesaikan tepat pada waktunya. 
Kami juga menyadari, bahwa laporan ini masih jauh dari kesempurnaan, untuk itu kami berharap kritik dan saran baik dari pembaca, dosen, asistan pembimbing maupun rekan-rekan yang bersifat membangun dan bermanfaat bagi kami untuk pembuatan laporan yang akan datang.  Semoga Tuhan yang maha kuasa melimpahkan rahmat-Nya bagi kita semua.  Atas perhatiannya kami mengucapkan terima kasih.


Semarang,     Mei 2015















Penulis

 

DAFTAR ISI

       Halaman
LEMBAR PENGESAHAN .......................................................................   ii
KATA PENGANTAR................................................................................   iii

DAFTAR ISI...............................................................................................   v  

DAFTAR TABEL.......................................................................................  vi     

DAFTAR LAMPIRAN...............................................................................   vii  

BAB I PENDAHULUAN..........................................................................   1
          1.1. Latar Belakang­............................................................................   1
          1.2. Tujuan dan Manfaat....................................................................   2

BAB II MATERI DAN METODE.............................................................   3
2.1. Materi..........................................................................................   3
2.2. Metode........................................................................................   3
2.3. Variabel yang Diukur..................................................................   4

BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN...................................................    7
3.1. Aspek Perkandangan...................................................................   7
3.2. Aspek Lingkungan Abiotik.........................................................    9     
3.3. Aspek Fisiologis Sapi Perah........................................................   12 

BAB IV SIMPULAN DAN SARAN........................................................   15
5.1. Simpulan......................................................................................   15  
5.2. Saran............................................................................................   15  

DAFTAR PUSTAKA.................................................................................   16 

LAMPIRAN................................................................................................   18









 

DAFTAR TABEL


Tabel
 
 

Halaman
1.    Perkandangan Sapi Perah........................................................................   7
2.    Rataan Faktor Iklim dan Temperature Humidity Index..........................   9

3.    Rataan Beberapa Variabel Fisiologis dan Heat Tolerance Coefficient
     Sapi Perah...............................................................................................   12

4.    Data Suhu dan Kelembaban Udara (Lingkungan Abiotik).....................   18
5.    Data Fisiologis Sapi Perah.......................................................................   20




























 

DAFTAR LAMPIRAN


Lampiran
 
 

       Halaman
1.  Data Suhu Rataan Faktor Iklim dan Temperature Humidity Index.......   18

2.  Perhitungan Temperature Humidity Index .............................................   19

3.  Data Fisiologi Sapi .................................................................................   20

4.  Perhitungan Heat Tolerance Coefficient Sapi Perah................................   21

































BAB I
PENDAHULUAN
1.1.            Latar Belakang
Sapi perah merupakan ternak yang mengahsilkan produk pangan bagi manusia. Produksi dari sapi perah yang sering kita jumpai antara lain daging dan susu. Daging dan susu merupakan bahan pangan yang memiliki permintaan tertinggi dari pasar. Permintaan yang tinggi menyebabkan peternak-peternak harus lebih intensif dalam melakukan proses pemeliharaan, agar mampu memenuhi kebutuhan pasar. Pemeliharaan yang intensif tidak menentukan seberapa besar tingkat produksi dari hewan ternak tersebut jika peternak tidak mengetahui faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi produktivitas dari hewan ternaknya. Faktor-faktor yang berpengaruh pada produktivitas ternak terbagi menjadi dua bagian, yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor eksternal yang mempengaruhi produktivitas hewan ternak antara lain suhu udara, kelembaban lingkungan, radiasi matahari, dan kecepatan angin. Gejala-gejala lingkungan ini akan mempengaruhi keadaan fisiologi ternak. Oleh sebab itu dapat diketahui bahwa keadaan fisiologi lingkungan akan berdampak besar terhadap keadaan fisiologi dari hewan ternak. Berdasarkan uraian diatas maka perlu dilakukan pengamatan dan pengukuran aspek perkandangan, aspek lingkungan abiotik dan aspek fisiologis sapi perah guna mengetahui respon fisiologis sapi perah daripada kondisi lingkungan dan kandang yang ada disekitarnya.

1.2.            Tujuan dan Manfaat
Tujuan dari praktikum mata kuliah manajemen lingkungan peternakan adalah untuk mengetahui faktor-faktor lingkungan apa saja yang mempengaruhi keadaan fisiologi hewan ternak. Selanjutnya adalah agar mampu mengetahui bagaimana cara menghitung kemampuan ternak menahan panas dengan menghitung HTC,mengetahui keadaan lingkungan (suhu dan kelembaban) disekitar kandangdengan cara menghitung THI. Manfaat dilakukannya praktikum ini adalah mahasiswa mampu mengetahui apakah ternak berda pada zona nyaman atau zona stress.






















BAB II

MATERI DAN METODE

Praktikum Manajemen Lingkungan Peternakan dengan materi tinjauan aspek perkandangan, lingkungan abiotik dan fisiologis pada peternakan sapi perahdilaksanakan pada tanggal 18 – 19 April 2015 di kandang sapi perah Fakultas Peternakan dan Pertanian Universitas Diponegoro, Semarang.

2.1.      Materi

Materi yang digunakan dalam Praktikum Manajemen Lingkungan Peternakan adalah sapiperah. Peralatan yang digunakan meliputi stopwatchyang digunakan sebagai alat untuk menghitung waktu saat penghitungan frekuensi nafas dan denyut nadi, termometer yang berfungsi sebagai alat untuk mengukur suhu lingkungan, higrometer yang digunakan untuk mengukur kelembaban relatif lingkungan dan termometer klinis yang berfungsi sebagai alat untuk mengukur suhu tubuh sapi.

2.2.      Metode          

Metode yang digunakan dalam Praktikum Manajemen Lingkungan Peternakan ini adalah metode partisipasi aktif, yaitu melakukan kegiatan, pengamatan dan pengambilan data secara langsung di lapangan. Data yang diambil adalah data primer. Data primer diperoleh berdasarkan proses pengamatan yang dilakukan terhadap sapi perah. Data yang diperoleh kemudian diolah dan dianalisis secara deskriptif dan kemudian dibahas.

2.3.      Variabel yang Diukur          

Variabel yang diukur terdiri dari 3 aspek yaitu perkandangan, lingkungan abiotik dan aspek fisiologissapi perah.Perkandangan meliputi ukuran kandang, tipe kandang, bahan kandang dan suhu di luar maupun di dalam kandang.Aspek lingkungan abiotik berupa suhu dan kelembaban udara serta THI (Temperature Humidity Index). Aspek fisiologis sapiperah meliputi suhu rektal, frekuensi nafas dan nadi, serta indeksdaya tahan panas tubuh yakni Indeks Benezra dan Indeks Rhoad.
Pengamatan aspek lingkungan abiotik dilakukan selama 3 hari, sedangkan aspek fisiologis dilakukan terhadap 6ekor sapi perah. Adapun prosedur kerja (pengukuran) adalah sebagai sebikut :
A.           Aspek perkandangan meliputi :
A.1. Ukuran kandang, yang diperoleh dengan cara mengukur (panjang kandang, lebar kandang, tinggi atap, panjang palung, lebar palung, kedalaman palung, tinggi palung, panjang selokan, lebar selokan, kedalaman selokan, lebar flock,  panjang flock, tinggi flockserta kamar susu) menggunakan meteran.
A.2. Tipe kandang, yang diamati langsung secara visual.
A.3. Bahan Kandang yang diamati langsung secara visual.
A.4. Suhu di luar dan di dalam kandang yangdiperoleh dengan cara melakukan pengukuran tiga kali sehari (pagi, siang, sore) dengan menggunakan thermometer.
B.            Aspek lingkungan abiotik meliputi :
B.1. Suhu/temperatur udara yang diamati tiga kali sehari (pagi, siang dan sore)dengan menggunakan termometer.
B.2. Kelembaban udara yang diamati tiga kali sehari (pagi, siang dan sore) dengan menggunakan higrometer.
B.3. Temperature Humidity Index (THI) dengan menggunakan rumus :
THI = T – 0,55 x (1 – rH/100) x (T – 58) ---------------------------------------(1)

Keterangan :
   THI : Temperature Humidity Index
   T: Temperatur Udara (oF)
   rH: Kelembaban Udara (%)

C.            Aspek fisiologis sapi meliputi :
C.1. Suhu tubuh sapi yang diamati tiga kali sehari (pagi, siang dan sore) menggunakan termometer klinis dengan cara memasukan termometer pada rektal sapi.
C.2. Denyut nadi dan Frekuensi Nafas yang diamati tiga kali sehari (pagi, siang dan sore). Denyut nadi diukur dengan cara menggunakan stetoskop pada bagian ketiak sapi pada kaki kiri sisi depan dan menghitung selama 1 menit. Frekuensi nafas diukur dengan cara mendekatkan tangan pada hidung sapi dan menghitung selama 1 menit.


C.3. Daya tahan panas sapi.
C.3.1. Index Rhoad dengan menggunakan rumus :
HTC       = 100 – 10  (Tf – Ti) ----------------------------------------------------(2)
Keterangan        :
   HTC    : Heat Tolerance Coefficient
   Tf        : Suhu Tubuh Siang
   Ti         : Suhu Tubuh Pagi
   100      : Angka Efisiensi yang Sempurna
   10        : Angka Konstanta
C.3.2. Index Benezra dengan menggunakan rumus :
HTC       = TB   +   FR   -----------------------------------------------------------(3)
                  38,3      23

Keterangan :
   HCT    : Heat Tolerance Coefficient
   TB       : Rataan Harian Suhu Tubuh Sapi (oC)
   FR       : Rataan Harian Frekuensi Nafas (1 Menit)
   38,3     : Angka Standar Suhu Tubuh Sapi
   23        : Angka Standar Frekuensi Nafas Sapi (1 Menit)








BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1.      Aspek Perkandangan
            Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan diperoleh data sebagai berikut:
Tabel 1. Perkandangan Sapi Perah
No
Variabel Pengamatan                 
Hasil Pengamatan
1
Ukuran Kandang


·         Panjang kandang (m)
12,26

·         Lebar kandang (m)
8,2

·         Tinggi atap (m)
4,22

·         Panjang palung (m)
9,2

·         Lebar palung (cm)
55

·         Kedalaman palung (cm)
50

·         Tinggi palung (cm)
63

·         Panjang selokan (m)
9,43

·         Lebar selokan (cm)
26

·         Kedalaman selokan (cm)
8

·         Lebar flock (cm)
199

·         Panjang flock (cm)
190

·         Tinggi flock (cm)
129

·         Kamar susu (m²)
10,56
2
Bahan Kandang


·         Dinding
Beton

·         Atap
Asbes

·         Lantai
Beton
3
Tipe Kandang
Tail to tail
4
Suhu Kandang


·         Suhu dalam kandang (ºC)
26,6

·         Suhu luar kandang (ºC)
26,5
Sumber :Data Primer Praktikum Manajemen Lingkungan Peternakan, 2015.
            Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan diperoleh hasil bahwa ukuran kandang sapi perah mempunyai ukuran panjang kandang 12,6 m, lebar kandang 8,2 m, kamar susu 10,56 m2, dan sudut ukuran yang berbeda-beda. Standar ukuran kandang sapi perah menyesuaikan dengan ternak yang ingin dipelihara, selain itu kandang yang baik mempunyai ukuran ventilasi tinggi fungsinya untuk mengatur suhu di dalam kandang. Tipe kandang sapi perah yaitu konvensional dengan cara penempatan ternak secara tail to tail sehingga dapat mempermudah untuk membersihkan atau sanitasi kandang.Ukuran dan tipe kandang yang digunakan sudah mendukung karena ukuran kandang yang ada dalam kandang sudah sesuai dengan jumlah ternak yang dikandangkan dan cara sanitasi kandang yang mudah dilakukan.Hal ini sesuai dengan pendapat Syarif dan Harianto (2011) yang menyatakan bahwa kandang yang baik adalah kandang yang sesuai dan memenuhi persyaratan kebutuhan dan kesehatan sapi perah, persyaratan kandang sapi perah antara lain sirkulasi udara cukup, lantai selalu kering, tempat pakan lebar dan tempat air selalu tersedia. Menurut pendapat Prihanto (2009) yang menyatakan bahwa kontruksi kandang dengan cara penempatan tail to tail akan mempermudah dalam proses sanitasi kandang.
            Bahan kandang yang digunakan sebagai atap kandang terbuat dari asbes, dinding dan lantai terbuat dari semen dan beton.Bahan kandang berpengaruh terhadap ketahanan kandang dan kenyamanan sapi perah yang ada di dalamnya.Atap yang terbuat dari asbes memiliki kemampuan untuk menahan panas yang relatif rendah dibandingkan dengan atap yang terbuat dari genting.Asbes menyerap panas yanga ada di luar kandang ke dalam kandang, sehingga suhu dalam kandang lebih tinggi dibandingkan dengan suhu yang berada di luar kandang.Suhu rata-rata dalam kandang selama 24 jam  adalah 26,6oC dan suhu luar kandang adalah 26,5oC, suhu dalam dan luar kandang dapat mempengaruhi produktivitas ternak. Hal ini sesuai dengan pendapat Siregar (2003) yang menyatakan baha atap kandang dapat dibuat menggunakan berbagai bahan seperti asbes, seng maupun genting, dimana setiap bahan memiliki kelemahan dan kelebihan masing-masing. Girisanto (2006) menambahkan bahwa untuk daerah tropis atap kandang yang baik menggunakn genting, karena dengan genting akan memantulkan panas, serta celah-celah diantara genting akan membuta sirkulasi udara menjadi baik, namun genting memiliki harga yang cukup mahal.
Triyanton (2009) menyatakan bahwa dinding yang terbuat dari beton dan dibuat setengah terbuka akan mempermudah pertukaran udara. 
 
3.2.      Aspek Lingkungan Abiotik
            Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan dapat diperoleh data sebagai berikut:
Tabel 2. Rataan Faktor Iklim dan Temperature Humidity Index
No
Variabel
Hasil Pengamatan
1.
Lingkungan Abiotik
·         Temperatur Udara (OC)
·         Kelembabab Udara (%)

27,42
70,19
2.
Temperature Humidity Index
77,52
Sumber : Data primer praktikum manajemen lingkungan peternakan, 2015.


Berdasarkan hasil prakitikum yang telah dilakukukan diperoleh hasil bahwa rerata suhu udara 27,420C.Besaran suhu tersebut tergolong tidak baik untuk lingkungan pemeliharaan sapi perah.  Yani dan Purwanto (2006) menyatakan bahwa sapi PFH menunjukkan penampilan produksi terbaik apabila ditempatkan pada suhu lingkungan 18,30C bila melebihi suhu tersebut, ternak akan melakukanpenyesuaian secara fisiologis dan secara tingkah laku. Besaran suhu udara tersebut akan menyebabkan cekaman panas pada ternak dan akan berakibat pada peningkatan konsumsi air minum, penurunan nafsu makan dan penyesuaian fisiologis lain untuk mempertahankan keseimbangan suhu tubuh. Penyesuaian fisiologis ini akan berpengaruh pada produksi susu yang tidak maksimal karena tidak terpenuhinya kebutuhan sebagai akibat dari cekaman panas.  Hal ini sesuai dengan pendapat Ismail (2006) sapi perah yang mengalami cekaman panas mengalami penurunan produksi susu dan perilaku sapi yang terlihat lesu, pertanda yang umum tampak pada saat sapi yang mengalami cekaman panas pada suhu sekitar 26,6-32,20C.
            Berdasarkan praktikum diperoleh hasil bahwa rata-rata kelembaban kandang sapi perah yaitu 70,19%.  Hasil tersebut sesuai dengan standar normal kelembaban udara yang dikemukakan oleh Palulungan et al. (2013) yang menyatakan bahwa rata-rata kelembaban normal daerah tropis sekitar  60 – 90%. Kelembaban yang tinggi akan membawa lebih banyak uap air yang dapat mengakibatkan kondisi seperti embun. Kumpulan air tersebut akan mengundang berkembangbiaknya jamur penyebab penyakit. Sedangkan jika kelembaban rendah akan mengakibatkan meningkatnya distribusi debu yang dapat mengakibatkan munculnya penyait-penyakit pernafasan. Distribusi kelembaban udara pada kandang sapi perah dipengaruhi oleh luas dan tinggi bangunan, jumlah ternak, suhu lingkungan, sistem ventilasi, dan radiasi matahari.  Hal ini sesuai dengan pendapat Soemarto (2005) yang menyatakan bahwa selain radiasi, produksi panas hewan yang berupa panas laten dan panas sensibel, tinggi, luas, bahan atap dan bukaan ventilasi yang kurang tepat merupakan beberapa faktor yang dapat mempengaruhi kelembaban udara dalam kandang sapi perah. Menurut Yaniet al. (2007) yang menyatakan bahwa luas bukaan ventilasi sangat mempengaruhi pola aliran dan distribusi udara dalam kandang yang dapat menentukan besarnya distribusi kelembaban udara dalam kandang. Untuk memperoleh luas bukaan ventilasi (alamiah) yang menghasilkan distribusi suhu dan kelembababan udara dalam kandang yang baik diperlukan analisis sifat dan pola aliran serta distribusi udara dalam kandang.
            Berdasarkan praktikum yang telah dilaksanakan diperoleh hasil bahwa dengan suhu 27,42ºC dan kelembaban relatif 70,19% diperoleh nilai THI 77,52. THI merupakan sutau indikator yang dapat digunakan untuk mengetahui apakah seekor ternak mengalami stress atau tidak, dimana THI akan menunjukkan pada suhu berapa ternak masih dapat menahan panas. Hal ini sesuai dengan pendapatYani dan Purwanto (2006) yang menyatakan bahwa diduga zona THI terbagi menjadi 3 yaitu zona hijau (zona stress ringan) dengan THI antara 72-79,  zona biru (zona stress sedang) dengan THI antara 79-88 dan zona merah (zona stress berat) dengan THI 90-98. Sudrajad dan Adiarto (2011) menambahkan bahwa THI yang ideal untuk sapi perah adalah kurang dari 72, sedangkan sapi perah yang memiliki nilai THI 72-79 akan mengalami stress ringan, nilai THI 80-89 sapi mengalami stress sedang, dan nilai THI 90-97 sapi mengalami stress berat.Suhu yang terlalu tinggi menyebabkan keseimbangan panas dalam tubuh ternak terganggu, sebab pada suhu yang tinggi ternak akan mengurangi konsumsi pakan dan meningkatkan konsumsi air akibatnya proses biokimia dalamtubuhnya berubah dan menyebabkan suhu tubuh ternak berubah.Hal ini sesuai dengan pendapat.

3.3. Aspek Fisiologis Sapi Perah
            Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan dapat diperoleh hasil sebagai berikut :
Tabel 3. Rataan Beberapa Variabel Fisiologis dan Heat Tolerance Coefficient Sapi Perah
NO
Variabel Pengamatan
Hasil Pengamatan
1
Respon Fisiologis
·       Suhu Rektal (OC)
·       Frekuensi Nafas (kali/menit)
·       Frekuensi Denyut Nadi (kali/menit)

38,58
42,94
60,42
2
Heat Tolerance Coefficient
·         Index Rhoad
·         Index Benezra

94,6
2,87
Sumber : Data Primer Praktikum Manajemen Lingkungan Peternakan, 2015.


            Berdasarkan praktikum yang telah dilaksanakan diperoleh hasil bahwa rata-rata suhu tubuh sapi perah adalah 38,58ºC. Suhu tubuh 38,58ºC termasuk normal karena suhu tubuh sapi umumnya berkisar antara 38 - 39 ºC. Hal tersebut menunjukan bahwa sapi perah masih berada pada zona nyaman.Hal ini sesuai dengan pendapat Hadziq (2011) yang menyatakan bahwa pada sapi dewasa umumnya memiliki suhu tubuh sekitar38 - 39ºC.Suhu tubuh ternak dapat dipengaruhi oleh suhu lingkungannya. Apabila suhu tubuh terlalu tinggi, ternak akan melepaskan kelebihan panas tubuh.Menurut Putra (2009)sapi perah akan mempertahankan suhu tubuhnya agar tetap konstan ketika berada di lingkungan yang tidak nyaman dengan usaha menggunakan energi sehemat mungkin. 
Rata-rata frekuensi nafas yang diperoleh pada sapi perah adalah 45 kali/menit.Frekuensi nafas tersebut lebih tinggi dari frekuensi nafas normal sapi yang dilaporkan Hadziq (2011) bahwa pada keadaan normal frekuensi nafas sapi adalah 27 – 40 kali/menit. Tingginya frekuensi nafas dibandingkan standar menunjukkan sapi mengalami stresskarena sapi berusaha mengeluarkan panas yang terdapat dalam tubuhnya dengan meningkatkan frekuensi nafas.
Yani dan Purwanto (2006) menambahkan bahwa panas yang berlebih diterima tubuh ternak dapat dikeluarkan dengan peningkatan frekuensi nafas sehingga panas dalam tubuh ternak terbuang keluar.
            Rata-rata denyut nadi yang diperoleh pada sapi perah adalah 60 kali/menit.Denyut nadi tersebut lebih tinggi dari denyut nadi normal sapi yang dilaporkan Hadziq (2011) bahwa denyut nadi normal adalah 40 – 58 kali/menit.Tingginya frekuensi denyut nadi tersebut menunjukkan bahwa sapi perah mengalami stress, sehingga membuang panas tubuhnya dengan meningkatkan frekuensi nadi.
Yani dan Purwanto (2006) menambahkan bahwa reaksi sapi perah terhadap perubahan suhu dapat dilihat dari frekuensi nadi yang merupakan mekanisme dari tubuh sapi untuk mengurangi panas tubuhnya yang diterima dari luar tubuh ternak.
Peningkatan denyut nadi merupakan respons dari tubuh ternak untuk menyebarkan panas yang diterima ke dalam organ-organ yang lebih dingin
            Heat Tolerance Coefficient(Index Benezra)merupakan suatu indeks yang menjelaskan sampai manakah ternak dapat memepertahankan suhu tubuhnya agar tetap pada zona nyaman, dengan melihat frekuensi nafas dan suhu tubuh ternak. HTC (Benezra) sapi perah sebesar 2,87 artinya ternak mengalami stress ringan, ditandai dengan tingginya frekuensi nafas pada sapi perah untuk membuang panas sebagai usaha untuk mempertahankan suhu tubuhnya, karena normalnya HTC index Benezra sebesar 2. Arifin et al. (2012) menyatakan bahwa nilai HTC (Benezra) yang baik adalah 2, jika nilai HTC lebih dari 2 atau kurang dari 2 maka ternak tersebut berada pada kondisi yang tidak nyaman, yang akan mengakibatkan penurunan produktivitas ternak. Susilawanet al. (2013) menambahkan bahwa HTC (Index Benezra) dipengaruhi oleh rataan harian suhu tubuh sapi, dan rataan harian frekuensi nafas sapi selama 1 menit.
            HTC (Index Rhoad) tidak jauh berbeda dengan index Benezra hanya saja menggunakan suhu tubuh siang dan suhu tubuh pagi untuk mencari HTC nya. Index Rhoad sapi perah sebesar 94,6 artinya sapi tersebut mengalami stress ringan, karena jika nilai Index Rhoad semakin mendekati 100 ternak semakin nyaman. Warsono danMu’in (2008) menyatakan bahwa HTC (Rhoad) dapat dihitung berdasarkan temperatur rektal dar sapi tersebut, standar nilai HTC (Rhoad) adalah 100.Susilawanet al. (2013) menambahkan bahwa ketahanan ternak terhadap panas akan menentukan kenyamanan ternak dan akhirnya juga akan mempengaruhi produktivitas ternak.





BAB IV
SIMPULAN DAN SARAN
5.1.      Simpulan
Sapi perah di kandang sapi perah Fakultas Diponegoro Semarang berada pada kondisi stress ringan, hal tersebut dapat diketahui dari nilai THI yang dipengaruhi oleh suhu dan kelembaban serta HTC yang dipengaruhi oleh suhu rektal, frekuensi nafas dan frekuensi denyut nadi. Sapi perah mempertahankan suhu tubuhnya dengan  cara meningkatkan frekuensi nafas dan frekuensi denyut nadi sehinggaa pembuangan panas dari dalam ke luar tubuh dapat dilakukan dengan baik.
5.2.      Saran
Manajemen pemeliharaan sudah cukup baik, namun sebaiknya sanitasi kandang lebih ditingkatkan lagi, karena kebersihan kandang akan menjauhkan ternak dari penyakit dan stres.Sistem kandang diperbaiki lagi dimana atap dibuat dari genting sehingga kandang bisa lebih menahan panas dari lingkungan sekitar, sehingga suhu dalam kandang tidak terlalu tinggi.












DAFTAR PUSTAKA



Arifin. S., Nugroho. H., dan Busono. W. 2012. Nilai HTC (Heat Tolerance Coefficient) pada Sapi Peranakan Ongole (PO) betina dara sebelum dan sesudah diberi konsentrat di daerah dataran rendah. Fakultas Peternakan Universitas Brawijaya, Malang.

Girisanto. 2006. Beternak Sapi Perah. Kanisius, Yogyakarta.

Hadziq, A. 2011.Status Fisiologis Dan Performa Pedet Peranakan Friesian Holstein Prasapih yang Diinokulasi Bakteri Pencerna Serat Dengan Pakan Bersuplemen Kobalt.Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor (Skripsi Sarjana Peternakan).
Ismail, M. 2006. Pengaruh Penyiraman dan Penganginan terhadap Respon Termoregulasi dan Tingkah Laku Konsumsi Pakan Sapi Fries Holland Dara.Skripsi. Fakultas Peternakan IPB, Bogor.

Palulungan, J. A., Adiarto dan Hartatik. T. 2013. Pengaruh kombinasi pengkabutan dan kipas angin terhadap kondisi fisiologis sapi perah Peranakan Friesian Holstein. Buletin Peternakan. 37 (3) : 189 – 197.

Prihanto. (2009). Manajemen Pemeliharaan Induk Laktasi di Peternakan Sapi Perah CV. Mawar Mekar Farm Kabupaten Karanganyar (Tugas Akhir). Fakultas Pertanian. Universitas Sebelasa Maret. Surakarta.

Putra. A. 2009. Potensi penerapan produksi bersih pada usaha peternakan sapi perah (studi kasus pemerahan susu sapi moeria kudus jawa tengah). Magister Ilmu Lingkungan. Universitas Diponegoro, Semarang. (Tesis).

Siregar, S. B. 2003. Sapi Perah Jenis, Teknis Pemeliharaan dan Analisis Usaha. Penebar Swadaya, Jakarta.

Soemarto, F. 2005. Pengaruh berbagai ketinggian bahan atap kandang terhadap respons sapi dara peranakan Fries Holland.Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor, Bogor.(Skripsi).

Sudrajad, P dan Adiarto. 2011. Pengaruh stres panas terhadap performa produksi susu sapi friesian holstein di balai besar pembibitan ternak unggul sapi perah baturraden. Prosiding Seminar Nasional.Teknologi Peternakan dan Veteriner. Fakultas Peternakan UGM. Hal.341-346.
Susilawan, A. W., Busono. W.dan Nugroho. H. 2013. Pengaruh ketinggian tempat terhadap nilai HTC (Heat Tolerance Coefficient) pada sapi peranakan limousine (LIMPO) betina dara sebelum dan sesudah diberi konsentrat.Universitas Brawijaya. Malang.

Syarif, E dan Harianto, B. 2011.Buku Pintar Beternak dan Bisnis Sapi Perah. Agromedia Pustaka, Jakarta.

Triyanton.2009. Manajemen Pemeliharaan Pedet Sapi Perah Di Peternakan Sapi Perah CV. Mawar Mekar Farm Kabupaten Karangayar. Universitas Sebelas Maret, Surakarta. (Skripsi).

Warsono, I. U., dan M. A. Mu’in. 2008. Daya tahan panas Sapi Bali di Kabupaten Mnokwari. Jurnal Ilmu Peternakan. Vol. 3 : 20-23

Yani, A dan  Purwanto. B. P. 2006. Pengaruh iklim mikro terhadap respons fisiologis sapi peranakan Fries Holland dan modifikasi lingkungan untuk meningkatkan produktivitasnya (ulasan). J. Media Peternakan 29(1):35-46.
Yani. A., Suhardiyanto. H., Hasbullah. R., dan Purwanto. B. P. 2007. Analisis dan Simulasi Suhu Udara pada Kandang Sapi Perah Menggunakan Computational Fluid Dynamics (CFD). J. Media Petrnakan. 30 (3) : 218 – 228.






















LAMPIRAN
Lampiran 1.Data Suhu dan Kelembaban Udara (Lingkungan Abiotik).
Tabel 4.Data Suhu dan Kelembaban Udara (Lingkungan Abiotik).
Hari
Ke-
Suhu Udara
(oC)
Kelembaban Udara
(%)
Luar Kandang
Dalam Kandang
Dalam Kandang
Pagi
Siang
Sore
Pagi
Siang
Sore
Pagi
Siang
Sore
1 (Jumat)
-
-
25,5
-
-
26,5
-
-
80
2 (Sabtu)
25
36,5
28
24,5
34
26
80
44
65
3 (Minggu)
25
27,9
27,5
25
28
27
87,5
65
72
Rataan / Satuan Waktu
25
32,2
27
24,75
31
26,5
83,75
54,5
72,33
Rataan / Hari
28,1

27,42

70,19












Lampiran 2.Perhitungan Temperature Humidity Index.

RUMUS :

  • Konversi Suhu

oF         = oC x 1,8 + 32

            Keterangan :

                        oF                     : Derajat Farenhait
                        oC                    : Derajat Celcius
                        1,8 dan 32       : Angka Konstanta


  • Temperature Humidity Index

THI     = T – 0,55 x (1 – rH/100) x (T – 58)

Keterangan :

                             THI                 : Temperature Humidity Index
                             T                      : Temperatur Udara (oF)
                             rH                    : Kelembaban Udara (%)

PERHITUNGAN
·         Konversi Suhu
oF= oC x 1,8 + 32
= 27,42 x 1,8 + 32
= 81,35oF

·         Temperature Humidity Index
THI = T – 0,55 x (1 – rH/100) x (T – 58)
= 81,35-0,55x(1-70,19/100)x (81,35  – 58)
     = 81,35-0,55x0,2981x 23,35
  = 81,35 - 3,83
  = 77,52



Lampiran 3. Data Fisiologis Sapi
Tabel 5. Data Fisiologis Sapi Perah.
Sapi Perah ke -
Suhu Rektal
Frekuensi Nafas
Frekuensi Denyut Nadi
--------(oC)--------
--------------------(kali/menit) --------------------
Pagi
Siang
Sore
Pagi
Siang
Sore
Pagi
Siang
Sore
1
38,3
39,15
39,25
40
51
74
61
68
68
2
38
37,9
38,7
36
48
40
42,5
  56
50
3
37,85
38,8
39,05
28
52
40
54
66
67
4
38,75
39,05
38,75
27
57
30
69
64
64
5
37,80
38,45
37,75
30
47
39
56
59
67
6
38,20
38,8
38,8
36
61
37
61
54
61
Rataan/ satuan
Waktu
38,15
38,69
38,72
32,83
52,67
43,33
57,5
61,17
62,83
Rataan/ satuan hari
38,58
42,94
60,42






Lampiran 4.Perhitungan Heat Tolerance Coefficient Sapi Perah.

RUMUS :

  • Index Rhoad
HTC    = 100 – 10  (Tf – Ti)
Keterangan      :
                          
HTC    : Heat Tolerance Coefficient
                           Tf        : Suhu Tubuh Siang
                           Ti         : Suhu Tubuh Pagi
                           100      : Angka Efisiensi yang Sempurna
                           10        : Angka Konstanta

  • Index Benezra
HTC    = (TB/38,3) + (FR/23)  

Keterangan :

                           HCT    : Heat Tolerance Coefficient
                           TB       : Rataan Harian Suhu Tubuh Sapi (oC)
                           FR       : Rataan Harian Frekuensi Nafas (1 Menit)
                           38,3     : Angka Standar Suhu Tubuh Sapi
                           23        : Angka Standar Frekuensi Nafas Sapi (1 Menit)


PERHITUNGAN


·         Index Rhoad

HTC    = 100 – 10  (Tf – Ti)
           = 100 – 10 (38,69 – 38,15)
           = 100 – 5,4
           = 94,6

·         Index Benezra

HTC    = (TB/38,3) + (FR/23)  
            = (38,52/38,3) + (42,94/23)
            = 1,0057 + 1,8670
=  2,87



Tidak ada komentar:

Posting Komentar